SUKU Awyu dan Moi terus menyerukan 'All Eyes On Papua' hingga menjadi viral di media sosial. Kedua suku itu tengah memperjuangkan haknya terhadap tanah mereka yang bakal dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit.
Terlebih hutan adat yang selama ini menjadi sumber penghidupan Suku Awyu di Boven Digoel, Papua Selatan, dan Suku Moi di Sorong, Papua Barat, terancam hilang akibat pembukaan lahan perkebunan sawit di bumi cenderawasih.
Lantas siapakah sebenarnya Suku Awyu dan Moi yang sangat vokal menyuarakan 'All Eyes On Papua'? Usut punya usut, ternyata kedua suku tersebut memang telah tinggal mendiami Papua.
(Foto: Instagram/@volix.media)
Adapun, Suku Awyu merupakan salah satu dari ratusan suku bangsa di Papua yang berdomisili di beberapa wilayah Kabupaten Mappi dan Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua Selatan.
Sejumlah referensi menyebutkan bahwa Suku Awyu yang berbicara dengan dialek Awyu ini mendiami desa-desa di daerah yang banyak terdapat sungai, lahan gambut, dan rawa, yaitu Sungai Bamgi, Sungai Edera, Sungai Kia, Sungai Mappi, Sungai Pesue dan Asue, serta Sungai Digul.
Kehidupan Suku Awyu sangat bergantung pada tanah, hutan, sungai, rawa dan sumber daya alam lainnya yang menjadi sumber kehidupan sosial budaya, sosial ekonomi, mata pencaharian, pangan, obat-obatan, dan lain sebagainya.
Sementara Suku Moi mendiami wilayah Provinsi Papua Barat. Mengutip laman West Papua Diary, mereka juga masuk sebagai suku Asli Papua. Selain itu, Suku Moi sendiri terbagi dalam tujuh subkelompok, meliputi Moi Kelim, Moi Abun That, Moi Abun Jhi, Moi Salkma, Moi Klabra, Moi Lemas, dan Moi Maya.
Awalnya, masyarakat adat Moi hanya mendiami satu tempat, yaitu Kampung Maladofok, sebuah kampung kuno yang terletak sekitar dua kilometer di barat Desa Malaumkarta, Makbon.
Namun, setelah adanya bencana alam, Suku Moi mengungsi ke sejumlah daerah yang saat ini disebut Malaumkarta Raya, mencakup Desa Malaumkarta, Suatolo, Sawatut, Malagufuk, dan Mibi.
Mereka termasuk kelompok yang memberikan contoh nyata keramahan masyarakat Papua melalui struktur sosial, sikap, dan perilakunya. Suku Moi punya kebiasaan mengumpulkan minyak pohon rumput, memanen kayu, mengolah kebun, berdagang, dan menjual babi, cemara, kanguru pohon, dan ikan.
(Rizka Diputra)