KETUPAT menjadi salah satu menu khas yang kerap disajikan saat Lebaran. Biasanya, santapan khas ini dihidangkan bersama lauk khas lainnya, mulai dari opor, rendang, hingga gulai.
Tak hanya sekedar menjadi pendamping yang pas saat Lebaran, ternyata ketupat begitu melegenda di Indonesia. Sajian ini sudah ada sejak turun temurun. Nah, berikut lima fakta unik tentang ketupat yang mungkin selama ini belum Anda ketahui, dilansir dari laman Wonderful Indonesia, Minggu, (7/4/2024).
1. Memiliki anyaman yang cukup rumit
Bungkus anyaman dari ketupat adalah hal lain yang membuat hidangan ini begitu melegenda. Menganyam potongan daun kelapa muda alias janur sebagai pembungkus ketupat bukanlah tugas yang mudah untuk dilakukan.
Perlu ketelitian dan kesabaran yang cukup tinggi untuk membuatnya. Jalinan yang terbentuk dari anyaman ketupat juga dimaknai sebagai gambaran keragaman masyarakat Jawa yang harus diikat bersama untuk menjaga tali silaturahmi.
2. Berbagai macam ketupat nusantara
Sebagai negara yang kaya akan budaya, wajar saja sebuah hidangan memiliki beragam variasi. Tentunya hal tersebut juga berlaku untuk ketupat. Tak cuma sajian khas Lebarannya aja yang beragam, setiap daerah di Tanah Air memiliki jenis ketupat yang berbeda-beda.
Di Tegal, ada yang namanya ketupat glabed, ketupat blegong, juga ketupat bongko. Masyarakat Minang juga memiliki ketupat versi kecil yang dikenal dengan nama katupek katan kapau. Ada juga Kota Solo dengan ketupat cabuk rambak nya yang diiris tipis dan disiram campuran sambal wijen, kemiri, dan kelapa parut.
Betawi pun punya ketupat bebanci, yaitu ketupat khas yang biasanya disajikan dengan gulai sapi penuh dengan rempah.
3. Diadopsi oleh Sunan Kalijaga sebagai lambang Idulfitri
Ternyata, asal muasal ketupat sudah ada jauh sebelum kedatangan Islam di Indonesia, lho! Zaman dulu, masyarakat Nusantara seringkali menggantung ketupat di tanduk kerbau untuk menunjukkan rasa terima kasih mereka atas panen mereka.
Kebiasaan ini kemudian mulai berubah secara simbolis pada abad ke-15 sampai 16 ketika Sunan Kalijaga, salah satu dari sembilan Walisongo, sedang menyebarkan ajaran Islam di Pulau Jawa.
Sebagai cara untuk mengasimilasi budaya Islam dengan budaya lokal supaya lebih bisa diterima, Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai lambang Idulfitri bersamaan saat beliau memperkenalkan istilah ba’da di Pulau Jawa.
Ba’da tersebut terbagi menjadi dua, yaitu ba’da Lebaran dan ba’da Kupat. Ba’da Lebaran merupakan prosesi Salat idulfitri yang dilanjutkan dengan tradisi saling mengunjungi tetangga dan keluarga untuk menjaga silaturahmi.
Sedangkan ba’da Kupat merupakan tradisi membuat ketupat dan membagikannya kepada tetangga dan keluarga seminggu setelah Idulfitri. Hal tersebut terbukti berhasil, karena tak lama setelah itu, Islam mulai diterima oleh masyarakat Jawa.
4. Makna di balik ‘Laku Papat’
Sebagai lambang Idulfitri, ketupat memiliki beberapa makna dan filosofi. Di luar cocoknya hidangan ini dimakan dengan berbagai hidangan lainnya, ketupat memiliki dua arti.
Dua arti tersebut adalah ‘ngaku lepat’ yang berarti mengakui kesalahan, serta ‘laku papat’ yang menggambarkan empat sisi dari hidangan legendaris ini. Bahkan, setiap sisi ketupat juga memiliki nama dan arti sendiri, lho!