OGOH-OGOH merupakan karya seni patung yang melambangkan Bhuta Kala, telah menjadi ikon ritual yang tak terpisahkan dalam perayaan Hari Raya Nyepi atau Tahun Baru Saka di Bali.
Setiap tahun, umat Hindu Dharma dengan sukacita menyambut kedatangan tahun baru dengan mengarak Ogoh-Ogoh, sambil merenungkan perjalanan hidup dan tindakan yang telah dilakukan.
Pada malam Pangrupukan, yang merupakan satu hari sebelum Nyepi, setiap Banjar di Bali bersaing membuat Ogoh-Ogoh semenarik mungkin, dengan harapan karya seni tersebut akan meningkatkan martabat Banjar yang membuatnya.
Salah satunya di Desa Pakraman Padangsambian di Denpasar Barat, di sana merayakan malam Pangrupukan dengan semarak melalui parade Ogoh-Ogoh yang diikuti oleh seluruh Banjar/Lingkungan se-Kelurahan Padangsambian.
Dalam upaya menjaga keselarasan pelaksanaan parade, pertemuan telah diadakan di bawah fasilitasi Lurah Padangsambian untuk menetapkan rute dan ketentuan.
Parade dimulai dengan pembukaan oleh Camat Denpasar Barat, diikuti oleh ribuan masyarakat Padangsambian yang menyambutnya dengan antusias. Ogoh-Ogoh dinilai oleh tiga juri dari ISI Denpasar.
Kehadiran Jero Bendesa Pakraman Padangsambian serta dukungan positif dari Lurah Padangsambain menunjukkan pentingnya parade tersebut dalam menjaga hubungan karma dan sebagai media ekspresi dan karya bagi generasi muda.
Ogoh-Ogoh sendiri merupakan karya seni patung yang menggambarkan Bhuta Kala, kekuatan alam semesta dan waktu dalam ajaran Hindu Dharma.