SEBUAH sumur beraroma harum menjadi bukti kesetiaan Sri Tanjung kepada sang suami, Patih Sidopekso.
Dahulu, Sri Tanjung digambarkan sebagai seorang putri yang cantik jelita dan setia kepada suaminya, Patih Sidopekso.
Kisah cinta mereka diuji dengan fitnah yang dilontarkan oleh raja dari Negeri Sundurejo. Sri Tanjung dituduh selingkuh dengan raja saat Sidopekso diutus meminta obat kepada Bhagawan Tamba Petra.
Sidopekso merupakan seorang patih untuk raja di wilayah timur Pulau Jawa, yaitu Prabu Sulahkromo.
Melihat istri Patih Sidopekso dengan paras elok dan perangai yang sopan dan lembut membuat raja tergila-gila untuk memilikinya.
Prabu Sulahkromo pun melancarkan aksinya untuk merebut hati Sri Tanjung. Ia membujuk dan merayu, tetapi Sri Tanjung tetap pada pendiriannya dan hanya mencintai sang suami. Sang raja memanas karena cintanya ditolak.
(Foto: Instagram/@sumur_sritanjung_banyuwangi)
Usai Patih Sidopekso kembali, sang raja dengan busuknya memfitnah Sri Tanjung mendatangi dan merayu dirinya saat Sidopekso menjalankan titah. Patih Sidopekso terbakar oleh api cemburu dengan menuding Sri Tanjung telah mengkhianatinya.
Namun, Sri Tanjung bersikeras tidak mengakui telah berselingkuh dengan sang raja. Amarah telah menguasai Sidopekso hingga membawa Sri Tanjung ke pinggir sungai dan berniat membunuhnya.
Sri Tanjung terus menolak tuduhan sang suami. Ia pun meminta Sidopekso membunuhnya dan menghanyutkan ke sungai yang keruh. Ia berpesan apabila air sungai tercium aroma amis, maka benar ia telah melakukan kesalahan.
Sidopekso langsung menancapkan keris ke dada Sri Tanjung, hingga ia meninggal dunia. Lalu, jasad Sri Tanjung ditenggelamkan ke sungai. Air yang tadinya keruh berubah menjadi bening dan tercium aroma harum, sontak fenomena itu membuat Sidopekso terkejut.
Sidopekso pun menyesali perbuatannya dan berteriak-teriak seperti orang gila. Ia pun menenggelamkan diri ke sungai sambil mengucapkan "Banyuwangi...Banyuwangi.." hingga orang-orang menyebut daerah tersebut Banyuwangi sampai sekarang.
Sumur Sri Tanjung adalah situs di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Sumur ini ditemukan pada masa Raden Tumenggung Notodiningrat (1912-1920). Awalnya, sumur yang dibuat warga hanya untuk percobaan.
Namun, saat menggali sumur muncul aroma semerbak yang harum. Aroma tersebut dipercaya adalah aroma dari Sri Tanjung yang ditenggelamkan oleh Sidopekso ke sungai.
(Foto: Instagram/@masmono08)
Pada tahun 1982, rombongan dari Keraton Solo dan Klaten datang berziarah ke Sumur Sri Tanjung. Mereka mengatakan bahwa sumur ini adalah tiban tertua di tanah Jawa yang merupakan satu-satunya peninggalan sejarah.
Melegendanya kisah Sri Tanjung menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Banyuwangi bahkan masyarakat luar, yang diyakini menyimpan misteri dan kekuatan gaib. Konon, air sumur dipercaya dapat menjadi wasilah terkabulnya hajat.
Para peziarah biasanya datang pada Selasa Kliwon, Selasa Legi, Jumat Kliwon, dan Jumat Legi. Menurut pengakuan warga lokasi, sumur kerap mengeluarkan aroma harum pada malam Jumat.
(Rizka Diputra)