BABI hutan adalah hewan yang kerap ditemui pendaki saat naik gunung. Hewan ini dikenal cerdas yang sering dijumpai di hutan belantara tropis.
Ia dikenal sebagai omnivora, yakni tidak hanya memakan tumbuhan, namun juga serangga dan berbagai hewan kecil.
Keberadaan babi hutan dalam ekosistem berdampak pada proses seperti pergerakan tanah dan penyebaran benih, menjadikannya komponen penting dalam menjaga keseimbangan ekologi.
Namun, hewan ini bisa mendadak agresif manakala kondisinya terancam. Perubahan perilaku babi hutan secara tiba-tiba itulah yang wajib diwaspadai anak gunung saat mendaki.
Berikut 10 fakta menarik babi hutan sebagaimana dikutip dari laman terrapampalodge.com.
1. Hidup berkelompok
Babi hutan merupakan hewan sosial dan hidup berkelompok yang disebut sounder. Sounder biasanya terdiri dari seekor babi betina (betina) dan keturunannya, meskipun jantan dewasa juga dapat bergabung dengan kelompok tersebut selama musim kawin.
(Foto: Forbes/Pablo Rodriguez)
2. Perenang hebat
Babi hutan, selain memiliki adaptasi yang unik di daratan, juga merupakan perenang hebat yang dapat menyeberangi sungai dengan mudah.
Kemampuan renang mereka memungkinkan mereka menemukan sumber makanan di pulau-pulau kecil atau berlindung dari pemangsa. Di samping itu, mereka termasuk pelari cepat yang dapat mencapai kecepatan hingga 30 mil per jam.
3. Dianggap sebagai hama
Meskipun babi hutan memiliki peran penting dalam ekosistem, mereka sering dianggap sebagai hama karena menyebabkan kerusakan pada tanaman dan harta benda.
Kebiasaan mereka mencari makanan seperti akar-akaran, umbi-umbian, dan tumbuhan lainnya dapat merusak tanaman pertanian dan hutan. Selain itu, babi hutan dapat membawa penyakit yang dapat menular ke manusia dan hewan lainnya.
4. Subjek populer dalam seni dan sastra
Siapa sangka jika babi hutan telah menjadi subjek populer dalam seni dan sastra sepanjang sejarah manusia. Mereka telah diabadikan dalam lukisan gua kuno, menjadi inspirasi bagi seniman klasik dan modern, serta muncul dalam berbagai karya sastra, film, dan novel.
5. Berasal dari tiga benua berbeda
Babi hutan berasal dari Eropa, Asia, dan Afrika Utara. Mereka diperkenalkan ke belahan dunia lain oleh manusia, dan sekarang ditemukan di banyak negara di dunia, termasuk Amerika Serikat.
Kehadiran babi hutan di berbagai ekosistem sering kali menimbulkan dampak ekologis. Meskipun beberapa populasi babi hutan menjadi bagian dari ekosistem setempat, adaptabilitas tinggi dan kemampuan reproduksi yang cepat dapat menyebabkan populasi yang berlebihan.
6. Gadingnya yang khas
Babi hutan terkenal dengan gadingnya, yang sebenarnya merupakan gigi taring yang memanjang.
Gading ini dapat tumbuh hingga sepanjang 9 inci pada jantan dan digunakan untuk pertahanan dan pertarungan. Gading ini juga dapat membantu mereka mencari makanan dan menggali tanah untuk mendapatkan akar dan invertebrata.
7. Hewan omnivora
Babi hutan adalah hewan omnivora, artinya mereka memakan tumbuhan dan hewan. Makanan mereka meliputi akar-akaran, umbi-umbian, buah-buahan, kacang-kacangan, serangga, mamalia kecil, dan bahkan bangkai.
(Foto: Alamy/Blickwinkel)
Kehadiran mereka yang serbaguna dalam rantai makanan membuat mereka pemain kunci dalam ekosistem tertentu.
8. Indra penciuman dan pendengaran tajam
Babi hutan memiliki indra penciuman dan pendengaran yang tajam, namun penglihatannya relatif buruk.
Hal ini membuat mereka rentan terhadap pemburu yang menggunakan kamuflase dan penghambat aroma untuk menghindari deteksi.
9. Dikenal hewan cerdas
Babi hutan menunjukkan tingkat kecerdasan yang tinggi dan kemampuan adaptasi yang luar biasa dalam mencari makanan di alam liar.
Mereka telah diamati menggunakan moncong mereka untuk membalik kayu dan batu, mereka dengan cermat menemukan sumber makanan yang tersembunyi.
10. Sumber makanan di sejumlah negara
Babi hutan, yang telah didomestikasi selama ribuan tahun, memiliki peran penting sebagai sumber makanan di banyak kebudayaan.

Mereka dianggap sebagai sumber daging yang bernutrisi, tetapi juga digunakan untuk kegiatan berburu dan olahraga.
Babi hutan memiliki sejarah panjang dalam masakan tradisional Eropa, dimana berbagai bagian dagingnya dimanfaatkan untuk berbagai hidangan lezat.
(Rizka Diputra)