SUNTIKAN yang mengandung polinukleotida (PN), molekul biologis yang berasal dari ekstrak DNA salmon, memang tengah menjadi tren populer di klinik kecantikan. Tapi yang perlu Anda waspadai adalah semakin populer sebuah produk, maka semakin banyak pula tiruan yang hadir.
Inilah yang terjadi pada pasien dr. Nuri Usman, Sp.DV, dokter spesialis kulit pada Perkumpulan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia cabang Yogyakarta. Awalnya ada dua pasien yang datang kepadanya dan mengeluh memiliki jerawat yang cukup banyak dan bintik-bintik merah besar di pipi lantaran melakukan terapi suntik DNA salmon.
Pasien tersebut awalnya ingin kulitnya kencang dan sehat bercahaya atau glowing hingga akhirnya memilih untuk melakukan suntik DNA salmon. Namun, setelah menjalani suntik tersebut salah satu pasien menyebut wajahnya malah dipenuhi jerawat.
Sementara itu, pasien lain mengalami efek berbeda berupa bintik merah membesar di pipi. Pasien ini juga sebelumnya mendapat perlakuan yang sama seperti pasien pertama. Pasien tersebut mengaku ingin memperbaiki bekas lukanya, namun dia mengalami kondisi yang diduga menimbulkan reaksi alergi.
Nuri pun heran, lantaran dia juga menggunakan pengobatan jenis ini di klinik tempatnya praktik. Meski demikian, ia mengaku tidak pernah merasakan dampak yang tidak diinginkan.
Menurut Nuri, perawatan ini dapat memperbaiki masalah yang bisa diperbaiki seperti kerutan, komedo, dan kulit kendur. Perawatan menggunakan DNA ikan salmon disebut-sebut bermanfaat untuk peremajaan kulit awet muda dan anti penuaan serta sedang menjadi tren di Asia dan Eropa.
Setelah diselidiki, ia baru yakin bahwa kedua pasiennya tersebut menerima obat palsu atau dijual secara ilegal. Nuri mencurigai adanya reaksi alergi pada pasien lain. Menurutnya, memang banyak pihak menawarkan perawatan antipenuaan serupa, namun menggunakan produknya sendiri.
Menambahkan, pengacara idsMed Indonesia Hervana Wahyu Prihatmaka, distributor resmi produk perawatan anti penuaan yang berasal dari ekstrak DNA sel benih ikan salmon, mengaku menemukan oknum yang mengedarkan produk serupa, secara ilegal.
Dia mengatakan mereka paling mudah menemukannya secara online. Harga yang ditawarkan di sana lebih terjangkau dan persediaan produk mencapai ratusan. Padahal, menurut Nuri, harga produk tersebut Rp5,5 juta per bungkus.
Manajer estetika idsMed Indonesia Marisa Theresia mengatakan ada cara untuk membedakan produk perawatan DNA salmonnya yang didistribusikan secara legal. Salah satunya adalah dengan memperhatikan hologram pada kemasannya. Label itu akan menunjukkan keaslian produk.
Selain itu, terdapat izin edar yang diawali dengan tiga huruf AKL (Alat Kesehatan Luar Negeri) yang menandakan produk tersebut merupakan barang impor dan diikuti dengan angka. Merujuk Kementerian Kesehatan, izin edar alat kesehatan terdiri dari 11 digit angka yang diawali dengan AKD (Alat Kesehatan Dalam Negeri) yang berarti produknya berasal dari dalam negeri, dan AKL untuk alat kesehatan impor.
Hal lain yang perlu diwaspadai adalah stiker quick respon code atau kode QR agar saat produk di-scan ada notifikasi bahwa produk tersebut asli. “Kalau tidak ada hologram dan kode QR, ada alasan untuk mencurigai produk tersebut tidak asli, tidak legal. Harus hati-hati,” kata Marisa seperti dilansir dari Antara.
(Martin Bagya Kertiyasa)