Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Periskop 2024: Nasib Kasus Cacar Monyet di Indonesia

Wulan Savitri , Jurnalis-Kamis, 11 Januari 2024 |17:00 WIB
Periskop 2024: Nasib Kasus Cacar Monyet di Indonesia
Nasib cacar monyet di 2024. (Foto: Freepik.com)
A
A
A

KASUS cacar monyet di Indonesia diperkirakan masih tetap ada hingga 2024. Hal ini mengingat penemuan kasus pertama kali dilaporkan pada 2022. Tahun lalu, penyakit ini muncul kembali karena adanya pasien yang positif terkonfirmasi.

Menurut Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Ngabila Salama, sebanyak 65 pasien telah terkontaminasi pada 2023. Kasus tersebut tersebar di berbagai wilayah Indonesia, termasuk DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Kepulauan Riau, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dilansir dari berbagai sumber, cacar monyet (mpox) merupakan jenis penyakit zoonosis. Penyebab utamanya adalah virus monkeypox yang menular sesama manusia, hewan, ataupun sebaliknya.

Virus tersebut menyebar melalui kontak langsung dengan menyentuh cairan luka yang terinfeksi penderita, seperti ludah atau lendir. Selain itu, penularan juga dapat terjadi melalui udara, terutama saat melakukan tatap muka dalam jarak yang sangat dekat.

Sebab itu, penting untuk mempertahankan kebersihan dan mengimplementasikan tindakan pencegahan, terutama dalam situasi di mana interaksi dengan hewan atau individu yang mungkin terinfeksi dapat terjadi. Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa sebagian besar penularan virus terjadi melalui kontak seksual.

Oleh karena itu, penyakit ini jarang terjadi pada anak-anak, melainkan lebih umum dialami oleh pria atau seseorang yang memiliki orientasi seksual sesama jenis. Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik (Alergi dan Imunologi) Prof. dr. Amin Soebandrio, Ph.D, Sp.MK (K), menjelaskan secara umum gejala yang muncul tidak terlalu berbeda dengan infeksi virus lain.

“Gejala umumnya masih sama seperti infeksi virus, seperti demam, sakit kepala, nyeri otot. Bedanya setelah satu sampai dengan dua minggu, akan timbul ruam atau blister. Blister cacar monyet muncul di mukosa atau mulut, lalu pindah ke tangan,” ujar Prof Amin.

Cacar Monyet

Lebih lanjut, WHO membagi gejala cacar monyet menjadi dua periode infeksi, yaitu invasi dan erupsi kulit. Periode invasi umumnya berlangsung selama lima hari setelah terinfeksi virus. Munculnya gejala, seperti sakit punggung, lemas (asthenia), mual, muntah, dan pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati).

Gejala utama periode erupsi kulit cacar monyet ditandai dengan munculnya ruam pada kulit, biasanya terjadi satu hingga tiga hari setelah pengidap mengalami demam. Ruam pertama kali muncul di wajah, kemudian menyebar ke seluruh tubuh.

Maka demikian, dampak yang paling terlihat di tangan, kaki, dan wajah dengan bintik-bintik yang berubah menjadi lenting atau vesikel, yaitu lepuhan berisi cairan. Selanjutnya, beberapa waktu kedepan, lepuhan itu akan membentuk kerak.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) sedang berusaha mendeteksi, mencegah, dan merespons penyebaran kasus cacar monyet. Adapun tiga langkah yang diambilnya, antara lain:

1. Mendeteksi

Pihak kesehatan di Indonesia melakukan deteksi segera mungkin untuk mengobati virus mpox.

2. Mencegah

Kemenkes melaksanakan vaksinasi yang dimulai untuk 500 orang paling berisiko. Vaksin diberikan dalam dua dosis kepada setiap individu, dengan selang waktu empat minggu.

3. Merespon

Mengantisipasi secara massif guna memutus rantai penularan. Maka dari itu, tiap kasus positif langsung diisolasi di rumah sakit, meski kondisinya masih dalam tingkat ringan.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement