Melihat tubuhnya yang besar, para Datu kebingungan bagaimana cara memandikan dan menguburkannya. Terlebih saat itu terjadi kemarau panjang yang mengakibatkan tanah menjadi keras dan memerlukan air yang banyak.
Sebelum mereka mandikan mayat itu, Datu Suban menemukan kitab yang berisi ilmu bermanfaat di dunia dan akhirat. Kitab itu kemudian dikenal dengan nama Kitab Barencong.
Mendadak hujan deras mengguyur, mereka berusaha mengangkat lelaki itu. Namun, tubuhnya ringan seperti kapas. "Subhanallah," ucap mereka serempak.
Datu Suban kemudian membagi tugas ke para muridnya, ada yang menggali kubur, ada yang mencari batu nisan, dan ada yang memandikan jenazah.
(Foto: Instagram/@datu_balambika)
Konon, liang lahat untuk sosok misterius bertubuh besar itu tidak cukup untuk memakamkan jenazah.
Maka, kakinya terpaksa dilipat sehingga tubuhnya membentuk huruf hamzah dengan panjang sekira 60 meter. Seandainya kakinya tidak dilipat, panjang makam Datu Nuraya mungkin bisa mencapai 100 meter.
Kuburan Datu Nuraya kini berada di dalam sebuah bangunan agar tidak kehujanan dan diberi kain kuning sebagai penanda sekaligus memudahkan warga untuk berziarah.
Acara haul Datu Nuraya diperingati setiap tanggal 15 Dzulhijjah. Biasanya tak sedikit peziarah yang datang ke sana, terlebih saat menjelang bulan suci Ramadhan.
(Rizka Diputra)