Sudah di semester 5, Gibran mengakui dulu ia sempat mengalami culture shock dengan sistem akademis dan sosial di lingkungan tempat tinggalnya. Untungnya, secara perlahan ia mampu beradaptasi dengan baik sedikit demi sedikit.
“Paling culture shock itu mungkin karena 3 tahun juga dan benar-benat intens, setiap hari harus bisa mengimbangi kehidupan akademis dan juga kehidupan sosial. Itu benar-benar susah sih,” aku Gibran.
Sebagai seorang mahasiswa asal Indonesia, Gibran menuturkan bahwasannya tinggal di Belanda tidak menjadikannya lupa dengan Tanah Air.
“Waktu SMA saya ngikutin banget, sekarang pun masih ngikutin kok. Meski sudah agak jarang karena lebih fokus dengan hal-hal yang dilakukan sebagai mahasiswa di Belanda, tapi ya tetap tahu perkembangan yang terjadi,” tutupnya singkat.
(Rizky Pradita Ananda)