Meski terbilang aman, masih ada yang harus diwaspadai sebagai kaum minoritas di Jepang. Apalagi, pelecehan seksual jadi topik yang cukup banyak dibicarakan di Jepang, yang mana ada banyak kasus pelecehan dan reaksi polisi pun tidak memuaskan. Beberapa wanita di Jepang pun mengungkapkan pengalaman mereka menghadapi diskriminasi dan mengkritik diskriminasi.
Catcalling merupakan hal yang jarang terjadi di Jepang, tapi pelecehan seksual dapat terjadi pada wanita mana pun di Jepang tanpa memandang latar belakang. Namun, dia melihat ada faktor pemicu yakni status sebagai orang asing, khususnya wanita dari Eropa dan Amerika yang cenderung sedikit di sana dan keberadaannya memicu pria Jepang penasaran untuk berinteraksi.
Terlebih, ada stereotip bahwa perempuan asing (khususnya perempuan Eropa dan Amerika) dianggap bebas dalam hal berhubungan seksual. Sehingga, para wanita “bule” ini dianggap siap secara seksual dibandingkan kebanyakan wanita Jepang dan bahkan bersedia menjalin hubungan terbuka.
Namun demikian, rasa ingin tahu para pria Jepang ini tidak buruk dan berbahaya. Karena faktanya, dia memiliki banyak teman pria Jepang yang belum pernah berinteraksi dengan wanita “bule” sepertinya. Sehingga, narasi bahwa orang Jepang mesum itu adalah hal yang salah yang sering diekspose oleh media-media Barat.
Akan tetapi, dia mengkritisi soal isu kekerasan seksual yang terjadi para wanita di Jepang. Peraturan di Jepang memang ketat soal ini, seperti ruang transportasi khusus perempuan, rambu peringaatan laki-laki berfoto sambil mengenakan rok mini, atau aturan wajib ada penutup kamera ponsel, namun yang diperlukan adalah edukasi. Meski pria mesum ada, tapi sebaiknya kalian tidak menutup diri dan berinteraksi dengan jujur saat di Jepang.
Demikianlah informasi mengenai apakah Jepang aman untuk wanita, semoga artikel ini dapat menjadi guidance bagi ladies yang hendak ke Jepang ya.
(Endang Oktaviyanti)