Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Legenda Asal-usul Banyuwangi, Kesetiaan Sri Tanjung kepada Patih Sidopekso yang Berakhir Pilu

Kiki Oktaliani , Jurnalis-Senin, 20 November 2023 |10:03 WIB
Legenda Asal-usul Banyuwangi, Kesetiaan Sri Tanjung kepada Patih Sidopekso yang Berakhir Pilu
Patung Gandrung, ikon pariwisata Banyuwangi (Foto: Instagram/@sstrwins)
A
A
A

BERADA di ujung timur Pulau Jawa, Banyuwangi memiliki sejarah panjang termasuk kisah asal-usul di balik penamaannya. Bagi Anda yang penasaran tentang asal-usul nama Banyuwangi, ulasan berikut ini mungkin akan menjawab rasa penasaran itu.

Mengutip Urbanasia, nama 'Banyuwangi' berasal dari bahasa Jawa, di mana 'banyu' berarti air, dan 'wangi' berarti harum.

Dipercaya bahwa penamaan ini merujuk pada sungai yang mengalir di daerah tersebut yang mengeluarkan aroma harum.

Asal-usul Banyuwangi

Berdasarkan cerita rakyat setempat, pada zaman dahulu bagian timur Pulau Jawa ini dipimpin oleh seorang raja, bernama Prabu Sulahkromo.

Kawah Ijen

Kawah Ijen, Banyuwangi (Foto: Instagram/@_lovejeni)

Dalam menjalankan pemerintahannya ini, sang raja dibantu oleh seorang patih yang terkenal gagah berani, bernama Patih Sidopekso.

Patih Sidopekso ini, memiliki istri berparas cantik dengan tutur katanya yang lembut, bernama Sri Tanjung.

Singkat cerita, karena kecantikan Sri Tanjung ini maka raja amat tergila-gila padanya dan muncullah rencana picik sang raja.

Ia menugaskan Patih Sidopekso untuk menuntaskan suatu tugas yang tidak mungkin bisa dicapai seorang manusia.

Sepeninggal sang patih, Raja banyak memfitnah dan merayu Sri Tanjung. Namun, karena cintanya yang tulus pada sang patih ia menolak segala niat busuk sang raja. Namun, sikap patuhnya ini justru ditanggapi amarah oleh sang suami.

Sampai-sampai diseretlah Sri Tanjung ke tepi sungai yang keruh dan kumuh. Tak bisa lagi menahan diri, ia kemudian segera menikam sang istri menggunakan kerisnya yang menghujam tepat di bagian dada Sri Tanjung.

Namun sebelum Patih Sidopekso menghabisi nyawa Sri Tanjung, sang istri mengungkapkan bahwa sebagai bukti kejujuran, kesucian dan kesetiannya ia rela dibunuh dan agar jasadnya diceburkan ke dalam sungai keruh itu.

Jika darahnya membuat air sungai berbau busuk maka dirinya benar telah berbuat hal tidak senonoh, namun jika air sungai justru mengeluarkan aroma harum semerban itu tandanya dirinya tidak bersalah.

Air Terjun Pertemon, Banyuwangi

Air Terjun Pertemon, Banyuwangi (Foto: Instagram/@reza_baikhaqi)

Dan benar saja, ketika jasad Sri Tanjung diceburkan ke sungai, air sungai tersebut yang awalnya keruh tiba-tiba saja menjadi bersih dan mengeluarkan aroma harum semerban.

Melihat fenomena itu, Patih Sidopekso pun terhuyung-huyung seperti orang linglung seraya menjerit; Banyu… wangi….. Kata-kata itu pun terlontar berulang kali, sehingga berujung pada penamaan daerah Banyuwangi seperti yang kita kenal sekarang ini.

(Rizka Diputra)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement