Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Pembalut dan Air Langka, Perempuan Gaza Terpaksa Konsumsi Pil Penunda Menstruasi

Devi Ari Rahmadhani , Jurnalis-Selasa, 07 November 2023 |16:00 WIB
Pembalut dan Air Langka, Perempuan Gaza Terpaksa Konsumsi Pil Penunda Menstruasi
Perempuan Gaza minum pil penunda haid. (Foto: Freepik.com)
A
A
A

PEREMPUAN Gaza terpaksa mengonsumsi pil penunda menstruasi akibat langkanya pembalut dan air bersih. Hal tersebut adalah dampak dari serangan Israel yang terus berlanjut hingga saat ini.

Mengutip dari Al Jazeera, kondisi tempat tinggal di Gaza, Palestina saat ini sangat padat, kurang akses terhadap air dan produk menstruasi seperti pembalut atau tampon. Dengan demikian, mau tidak mau para perempuan di sana mengonsumsi tablet norethisterone. Obat ini biasanya diresepkan untuk kondisi seperti perdarahan menstruasi yang parah, endometriosis, dan nyeri haid.

Menurut dr Walid Abu Hatab, seorang konsultan medis kebidanan dan ginekologi di Nasser Medical Complex di selatan kota Khan Younis menjelaskan, tablet tersebut menjaga kadar hormon progesteron tetap tinggi untuk menghentikan rahim melepaskan lapisannya, sehingga menunda menstruasi.

Pil tersebut mungkin memiliki efek samping seperti pendarahan vagina yang tidak teratur, mual, perubahan siklus menstruasi, pusing dan perubahan suasana hati.

Wanita gaza minum obat penunda haid

Namun salah satu perempuan di Gaza, Salma Khaled mengaku tidak memiliki pilihan lain selain menunda menstruasi dengan mengonsumsi pil tersebut. Kini Israel melakukan serangan terus menerus, mulai dari pengeboman hingga blokade.

Keadaan tersebut pun membuat Salma meninggalkan rumahnya di lingkungan Tel al-Hawa di Kota Gaza dua minggu lalu dan tinggal di rumah kerabatnya di kamp pengungsi Deir el-Balah di Gaza tengah. Wanita berusia 41 tahun ini mengatakan bahwa dia terus-menerus berada dalam ketakutan, ketidaknyamanan dan depresi yang berdampak buruk pada siklus menstruasinya.

“Saya mengalami hari-hari tersulit dalam hidup saya selama perang ini. Saya mendapat menstruasi dua kali dalam bulan ini dan mengalami pendarahan hebat," kata Salma.

Salma mengatakan tidak tersedia cukup pembalut di beberapa toko dan apotek yang masih buka. Apotek dan toko sama-sama menghadapi berkurangnya persediaan karena pengepungan total yang diberlakukan oleh Israel menyusul serangan oleh sayap bersenjata kelompok Palestina Hamas pada tanggal 7 Oktober.

Selain itu, pemboman Israel terhadap jalan-jalan utama di Jalur Gaza telah membuat pengangkutan produk-produk medis menjadi terhambat. Berbanding terbalik, Salma mengaku jika di saat seperti ini tablet penunda menstruasi umumnya lebih banyak tersedia di beberapa apotek karena jarang digunakan.

Sementara itu, air pun sulit ditemukan di daerah Gaza, Palestina. Dapat melakukan kebersihan rutin bahkan dianggap menjadi sebuah kemewahan. Kini, menggunakan kamar mandi harus dijatah, dan mandi dibatasi beberapa hari sekali.

Keadaan-keadaan tersebut yang akhirnya membuat Salma memutuskan untuk mengonsumsi pil agar tidak menstruasi di tengah serangan Israel pada Palestina. Dirinya berharap serangan ini akan lekas selesai sehingga dirinya tidak perlu mengonsumsi banyak pil penunda menstruasi.

“Mungkin perang ini akan segera berakhir dan saya tidak perlu menggunakannya lebih dari sekali,” ucap Salma.

(Leonardus Selwyn)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement