BANDARA Frankfurt, Jerman segera menerapkan sistem biometrik wajah bagi seluruh penumpang dari semua maskapai pernerbangan dan menjadi yang pertama di Eropa.
Dengan adanya check-in melalui sistem pengenalan wajah untuk semua penumpang, Bandara Frankfurt berharap dapat memangkas waktu antrean.
Bandara Frankfurt sejak 2020 telah menawarkan inovasi pengenalan wajah untuk penumpang tersebut ke maskapai Lufthansa dan rute Star Alliance yang di dalamnya termasuk United Airlines, Air China, dan Air India.
Operator bandara Fraport mengatakan bahwa teknologi penghemat waktu ini akan tersedia bagi para pelancong di semua maskapai penerbangan yang mendaftar terlebih dahulu.
BACA JUGA:
Cara kerja check-in biometrik?
Dengan adanya sistem biometrik wajah ini, penumpang tak perlu lama-lama mengantre check-in untuk pemeriksaan identitas dan dokumen.
Namun, penumpang harus mendaftar terlebih dahulu melalui perangkat seluler lewat aplikasi biometrik Star Alliance atau langsung di meja check-in dengan paspor yang dilengkapi biometrik.
Seluruh proses pendaftaran hanya membutuhkan waktu beberapa detik saja.
Kemudian wajah para penumpang akan dipindai saat melewati pos pemeriksaan dan tidak perlu menunjukkan boarding pass lagi.
Sistem yang dijuluki ‘Smart Path’ ini telah digunakan oleh lebih dari 12.000 pelancong di gerbang check-in dan keberangkatan bandara.
“Tujuan kami adalah melengkapi setidaknya 50 persen dari seluruh mesin check-in serta kontrol boarding pass dan gerbang keberangkatan dengan teknologi inovatif ini, dalam beberapa bulan ke depan,” kata Pierre Dominique Prümm, anggota Dewan Eksekutif Fraport yang bertanggung jawab atas infrastruktur seperti dilansir dari Euronews, Sabtu (4/11/2023).
BACA JUGA:
Penumpang Star Alliance yang memegang kartu Miles & More dapat menyimpan data biometrik mereka secara permanen sementara penumpang lain akan mendaftar menggunakan dokumen identitas mereka hanya untuk penerbangan yang dipesan.
Semua informasi pribadi akan dihapus tiga jam setelah waktu keberangkatan penerbangan, kata perusahaan penyedia teknologi, SITA.
“Kami mengetahui dari penelitian kami bahwa ketika biometrik diperkenalkan, lebih dari 75 persen penumpang akan dengan senang hati menggunakannya,” kata CEO SITA, David Lavorel.
Pihak bandara juga mengonfirmasi bahwa metode check-in konvensional juga akan tetap tersedia.
Teknologi biometrik juga diterapkan di beberapa bandara besar Jerman lainnya termasuk Hamburg dan Munich, namun hanya untuk pnenumpang Lufthansa dan Star Alliance.
(Salman Mardira)