4. Totalitas dalang sepanjang pertunjukan
Tidak perlu diragukan lagi kesungguhan seorang dalang dalam menggambarkan berbagai karakter dan peran dari setiap tokoh.
Para penonton dalam pertunjukan wayang sering kali terpesona oleh keterampilan dalang saat mereka menghidupkan tokoh-tokoh wayangnya.
Terkadang, dalang bahkan melakukan atraksi menarik dengan melempar wayang ke atas dan mengambilnya kembali dengan keahlian yang luar biasa.
5. Media pendidikan karakter
Fakta menarik berikutnya tentang wayang kulit adalah bahwa selain sebagai sarana hiburan, wayang kulit juga berfungsi sebagai sarana pendidikan karakter. Pendidikan karakter melalui wayang kulit tercermin dalam berbagai cerita yang dipentaskan dalam pertunjukan tersebut.
Pendidikan karakter dalam wayang kulit mencakup tiga nilai inti. Pertama adalah nilai religius, yang mencakup kedewasaan pribadi, moralitas yang tinggi, dan hubungan spiritual yang kuat dengan Tuhan.
(Foto: IG/@wayangdalamlensa)
Kedua, adalah nilai sosial, yang mencakup empati terhadap sesama, toleransi, dan pendekatan demokratis dalam berinteraksi dengan orang lain. Nilai ketiga adalah kepedulian terhadap lingkungan, yang mencakup rasa cinta terhadap tanah air dan pelestarian alam sekitarnya.
Dalam rangka melestarikan dan merawat wayang kulit, UNESCO telah mengakui kesenian tradisional ini sebagai 'Masterpiece of Intangible Heritage of Humanity' pada tanggal 7 November 2003. Sejak saat itu, pemerintah juga menetapkan tanggal 7 November sebagai Hari Wayang yang dirayakan setiap tahun.
Tujuan utama di balik penetapan Hari Wayang oleh pemerintah adalah untuk memastikan bahwa warisan budaya asli Indonesia ini terus dikenal oleh generasi milenial, terutama di era ketika budaya asing semakin merambah. Upaya ini dilakukan dengan harapan agar budaya Indonesia yang hampir punah dapat terus dilestarikan.
(Rizka Diputra)