Sebaliknya, siswa yang terpengaruh oleh FOMO sebanyak 54 persen responden menunjukkan gejala kecemasan yang lebih kuat jika mereka hanya diberi sedikit waktu untuk menggunakan media sosial. Siswa-siswi ini mungkin mengandalkan media sosial untuk menjalin hubungan dan mengelola perasaan cemas yang normal.
Kelompok siswa ini mungkin akan mengeluh keras jika penggunaannya dibatasi. Mereka cenderung membutuhkan validasi lebih sering dari komentar dan kontak dengan teman onlinenya. Selain itu, mungkin mereka lupa bagaimana menghidupi diri mereka sendiri secara offline.
Tidak hanya sampai di situ, data lainnya menunjukkan bahwa 35 persen siswa tidak memiliki hubungan antara frekuensi penggunaan media sosial dan laporan kecemasan. Para siswa ini memiliki tingkat FOMO yang normal dan sehat.
Mereka ingin menjadi bagian dari sesuatu yang ramai di sosial media, namun tidak terobsesi dengan kebutuhan tersebut. Mereka dapat menyeimbangkan 'asupan nutrisi' saat melakukan aktivitas offline dan online.