TRADISI Grebeg Maulud akan digelar oleh Keraton Yogyakarta pada Kamis 28 September 2023. Grebeg merupakan tradisi yang diadakan tiga kali dalam setahun berdasarkan penanggalan kalender Islam. Apa saja jenisnya?
Upacara grebeg berasal dari kata grebe, gerbeg. Grebeg dalam bahasa Jawa bermakna suara angin. Kata dalam bahasa Jawa Anggrebeg, mengandung makna menggiring raja, pembesar atau pengantin.
Jadi grebeg adalah perayaan rutin yang diadakan masyarakat Jawa untuk memperingati suatu peristiwa penting.
Dalam hal ini Grebeg merupakan prosesi adat sebagai simbol sedekah dari Kraton Yogyakarta kepada masyarakat berupa gunungan.
Grebeg Kraton Kasultanan Yogyakarta pertama kali diadakan oleh Sultan Hamengkubuwono I dan masih dilestarikan sampai sekarang.
Keraton Yogyakarta
Pada upacara pertama, Sultan mengeluarkan hajat dalam berupa gunungan lanag, gunungan wadon, gunungan gepak, gunungan pawuhan, gunungan dharat, gunungan kutug atau Bromo (pada tahun dal atau tahun kelima dalam sistem kalender Jawa).
Gunungan sendiri merupakan berbagai makanan hasil bumi yang disusun menyerupai sebuah gunung.
Acara ini merupakan salah satu yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat maupun wisatawan, dimana mereka akan berebut mendapatkan gunungan dan membawanya pulang.
Kraton Yogyakarta menggelar tiga kali tradisi grebeg dalam satu tahun berdasarkan penanggalan Hijriah :

Grebeg Syawal oleh Keraton Yogyakarta
1. Grebeg Syawal
Grebeg posos atau grebeg syawal atau bakdo biasanya diadakan pada 1 Syawal untuk menghormati Hari Raya Idul Fitri, bulan suci Ramadhan dan lailatul qadar atau malam kemuliaan.