SEKELOMPOK ilmuwan dari Lecanemab berhasil menciptakan obat yang dapat memperlambat penurunan kognitif akibat penyakit Alzheimer. Tak tanggung-tanggung, obat tersebut bahkan sudah mengantongi izin edar dari badan pengawas obat Amerika Serikat (FDA).
Meskipun masih dirahasiakan bagaimana cara kerja obat tersebut, namun penelitian baru dari Universitas Rockefeller New York memberikan sedikit gambaran. Tentunya ini dapat membuka jalan bagi pengobatan baru untuk Alzheimer dan penyakit lainnya.
Menurut ahli neurobiologi, Erin Norris obat Lecanemab bekerja dengan menghambat sistem kontak plasma, yang merupakan interaksi antara protein dalam darah yang membantu meningkatkan pembekuan dan peradangan. Dengan blokir kontak penyakit Alzheimer akan berkurang.

"Kami yakin kami telah menemukan mekanisme yang menjadi salah satu alasan kerja lecanemab. Jika Anda memblokir sistem kontak, penyakit Alzheimer Anda akan berkurang," tutur Norris dikutip dari Science Alert pada Jumat (22/9/2023).
Seperti diketahui, gangguan pada otak, terutama penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer merupakan salah satu penyakit dengan teka-teki medis yang paling sulit dipecahkan. Penyakit Alzheimer menyerang jutaan orang di seluruh dunia, dan saat ini belum ada obatnya.
Dua jenis protein penting, tau dan amiloid beta (Aβ), menggumpal dan menjadi plak pada penyakit Alzheimer. Kondisi ini menyebabkan kematian sel-sel dan penurunan volume otak. Plak Aβ dapat terbentuk dari berbagai jenis gumpalan, dimana protofibril dianggap paling beracun. Bentuk plak inilah yang menjadi target lecanemab.
Sampai saat ini, pengobatan yang bertujuan membersihkan plak dari otak pasien belum memperlambat penurunan kognitif secara signifikan. Namun pasien yang menggunakan lecanamab selama uji coba selama 18 bulan mengalami perlambatan penurunan kognitif sebesar 27 persen.
Sayangnya, pengobatan ini bukannya tanpa efek samping, termasuk peningkatan risiko pendarahan otak ringan hingga sedang dan pembengkakan yang disebut sebagai kelainan pencitraan terkait amiloid. Namun, dibandingkan dengan terapi penghilang plak serupa, risikonya tetap lebih baik.
(Leonardus Selwyn)