KENAPA kuntilanak pakai daster masih menjadi hal yang terus diperdebatkan di kalangan masyarakat. Ya, kuntilanak sering digambarkan sebagai sosok hantu perempuan berdaster dengan rambut terurai dan bersuara khas.
Mayoritas Muslim saat meninggal dunia jenazahnya dibalut dengan kain kafan. Sedangkan jenazah warga non Muslim ada yang dikenakan setelan pakaian dan gaun cantik.
Jika dinalar maka seharusnya hantu-hantu termasuk kuntilanak akan memakai pakaian terakhir yang mereka kenakan ketika dimakamkan.
BACA JUGA:
Namun, kenapa kuntilanak pakai daster?
Sebenarnya tidak ada yang tahu pasti kenapa kuntilanak mengenakan daster, namun hal ini dipercayai berkaitan dengan cerita atau mitos yang berkembang di masa lalu.
Kuntilanak atau pontianak dalam bahasa Melayu merupakan sesosok makhluk astral yang dulunya dipercayai sebagai seorang perempuan yang sedang hamil. Di mana perempuan hamil biasanya identik dengan menggunakan daster.
Ilustrasi
Masyarakat mempercayai bahwa perempuan hamil tersebut tiba-tiba meninggal dunia sebelum melahirkan atau saat sedang melahirkan.
Karena itulah ada yang menyebut kuntilanak dengan sebutan puntianak yang artinya ‘perempuan mati beranak’.
BACA JUGA:
Kendati demikian, tidak ada jurnal ilmiah atau pembuktian secara nyata mengenai kebenaran kisah tersebut.
Dilain sisi, dalam konteks film horor atau cerita-cerita seram, penggambaran kuntilanak dengan daster bisa jadi dilakukan untuk menciptakan efek visual yang menyeramkan dan pemisah identitas dari karakter hantu lainnya.
Pasalnya, penggunaan daster bisa memberikan kesan kontrast antara citra wanita yang tampak biasa-biasa saja dengan penampilan seram kuntilanak yang sebenarnya.
Asal usul Kuntilanak
Kisah horor Indonesia memang menarik untuk diulas. Bahkan, seorang Antropolog asal Jerman yakni Timo Duile pernah menuliskan asal usul kuntilanak dalam artikelnya yang berjudul “Kuntilanak: Ghost Narrative and Malay Modernity in Pontianak, Indonesia”.
Dalam artikel tersebut, dikisahkan bahwa hantu kuntilanak pertama kali muncul di Kalimantan Barat. Konon saat itu muncul upaya untuk mendirikan sebuah kota di antara Sungai Kapuas dan Sungai Landak pada 1771.
Karena alasan tersebut, Sultan Syarif Abdurrahim dan masyarakat membutuhkan kayu dan juga bebatuan untuk membangun kota. Para pekerja pun memilih memotong pohon-pohon yang ada di sekitar sungai, namun mereka sering dikejutkan dengan suara aneh dari atas pohon yang tinggi menjulang.
Suara-suara tersebut membuat takut para pekerja, bahkan teror suara sampai ke kalangan masyarakat biasa hingg nelayan. Sehingga Sultan Syarif Abdurrahim mengusir kuntilanak yang mendiami pohon-pohon tersebut.
Sejak kuntilanak diusir, pembangunan kota pun bisa terselesaikan. Kota tersebut akhirnya diberi nama Pontianak yang merujuk pada penunggu pepohonan tinggi selama masa pembangunan.
Demikian alasan kenapa kuntilanak pakai daster.
(Salman Mardira)