SALAH satu yang kerap dilupakan oleh orang tua adalah melibatkan anak dalam mengambil keputusan. Banyak orang tua telah menetapkan pilihan untuk anak mereka tanpa memberi anaknya pilihan.
Padahal, melatih anak untuk menentukan pilihannya sejak kecil adalah bagian dari pemenuhan kebutuhan dasar tumbuh kembang anak. Hal tersebut berkaitan dengan ASUH, ASIH, dan ASAH. ASAH berkaitan dengan stimulasi anak untuk mengembangkan kemampuan sensorik, motorik, kognitif, spiritual hingga kepemimpinan.
Dokter Spesialis Anak, dr. Yuni Astria, SpA, mengungkapkan bahwa salah satu cara untuk menstimulasi anak adalah dengan membiarkan si kecil terlatih untuk membuat pilihan sejak kecil.
“Para orang tua sebaiknya membiarkan anak membuat pilihan karena melatih anak untuk berpikir kritis, mandiri, percaya diri dan agar anak merasa bahwa mereka diberi kebebasan yang bertanggung jawab,” jelas dia saat dihubungi oleh MNC Portal.
Hal ini merupakan tahapan penting dalam kematangan kemampuan sosial dan juga emosional. Banyak nilai baik yang bersumber dari kebiasaan memilih yang merupakan cikal bakal karakter seorang pemimpin.
Di samping itu, anak juga lebih mandiri dan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi lebih besar lagi. “Asal diberikan pilihan-pilihan yang memang termasuk dalam koridor-koridor yang disetujui kedua orang tuanya,” tambah dr. Yuni.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, peran ayah tak kalah penting untuk mengajarkan nilai dan prinsip dalam hidup. Seperti kedisiplinan, ketegasan, integritas, dan percaya diri.
Survey mendapatkan bahwa, pelaku kriminalitas (termasuk kekerasan seksual), depresi, tidak percaya diri, hingga drop out sekolah karena tidak adanya figur ayah dalam proses mencari jati diri.
“Peran ayah dalam perkembangan anak, dan juga pertumbuhan tidak bisa dianggap sebelah mata. Karena keduany punya fungsi esensial yang berbeda. Ayah memiliki peran dalam mengajarkan perinsip-perinsip hidup seperti kedisiplinan, ketertiban, dan falsafah hidup lain. Sedangkan ibu, mengajarkan cara bergaul, bersosialisasi dengan dunia nyata,” pungkas dr. Yuni.
(Martin Bagya Kertiyasa)