Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kisah Kampung Puay Papua dan Tulang Belulang Bala Tentara Jepang

Antara , Jurnalis-Sabtu, 29 Juli 2023 |00:03 WIB
Kisah Kampung Puay Papua dan Tulang Belulang Bala Tentara Jepang
Tanda peringatan di Kampung Puay yang dibuat Kedubes Jepang (Foto: ANTARA/Suroto)
A
A
A

PERANG Dunia II banyak menyimpan cerita kelam, bahkan hingga ke timur Indonesia. Adalah Kampung Puay, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua yang memiliki sejumlah peninggalan sejarah sisa Perang Dunia II.

"Pada masa Perang Pasifik 1944, kampung ini menjadi tempat persembunyian pasukan Jepang yang melarikan diri dari kejaran pasukan Amerika," ungkap arkeolog dari Balai Arkeolog Papua, Hari Suroto mengutip ANTARA.

Saat itu, di kawasan Jayapura terdapat 8.000 pasukan Jepang yang sebagian besar tewas di tangan pasukan Amerika.

​Puay terletak di hulu Sungai Jaifuri dan muara sekaligus tanjung di tepi Danau Sentani, Kabupaten Jayapura.

Kampung Puay

Kampung Puay (Foto: Jubi)

Berdasarkan cerita warga Puay, lanjut dia, pada April 1944, Kampung Puay pernah diserang pasukan Amerika dari udara.

Pasukan Jepang yang bersembunyi di Puay, banyak yang tewas, namun masih ada dua tentara Jepang yang selamat dan bersembunyi di rumah warga.

"Dua tentara Jepang ini dalam bertahan hidup, makan sagu yang dirampas dari penduduk setempat. Namun keberadaan dua tentara Jepang ini akhirnya diketahui pasukan Amerika. Akhirnya dua tentara Jepang ini terbunuh, tapi sempat melawan saat akan ditangkap," tuturnya.

Kini, kata dia, di Kampung Puay ditemukan tulang-belulang tentara Jepang yang masih berserakan di pekarangan warga. Pada 2011 hingga 2013, sebagian kerangka tentara Jepang ini dikremasi dan abunya selanjutnya dibawa ke Jepang untuk disemayamkan di Kuil Yasukuni, kuil untuk menghormati korban perang dan pahlawan Jepang dalam Perang Pasifik.

Lebih lanjut, Hari menerangkan, selain tulang-tulang manusia karena korban perang, bukti artefak kehadiran pasukan Jepang di Kampung Puay, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura adalah helm, botol minuman, panci masak lapangan, serta senapan mesin.

"Artefak ini ditemukan warga bersamaan dengan tulang-tulang kerangka tentara Jepang. Sementara itu pengumpulan kerangka tentara Jepang oleh Iwabuchi, seorang warga Jepang yang kehilangan ayahnya dalam Perang Pasifik, tidak mempedulikan keberadaan artefak-artefak ini," katanya.

Kampung Puay

Kampung Puay (Foto: nabire.net)

Iwabuchi, kata dia, hanya fokus pada kerangka manusia saja. Sedangkan artefak-artefak itu dikumpulkan warga Puay, bukan untuk disimpan tetapi dijual ke pengumpul besi tua.

"Senapan mesin sempat diselamatkan oleh anggota TNI dan saat ini menjadi koleksi rumah tahanan militer Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura," lanjut Hari.

Pengumpulan kerangka Jepang sempat terhenti dari 2014 hingga pertengahan 2019, karena terkendala MoU antara pemerintah Jepang dan Indonesia.

"Namun Juli 2019, MoU repatriasi kerangka tentara Jepang di Papua, sudah diteken antara Dirjen Kebudayaan Kemendikbud dan Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia," timpalnya.

Berdasarkan pengalaman repatriasi sebelumnya, Hari mengusulkan agar keberadaan artefak yang ditemukan juga harus diselamatkan.

Infografis Wisata Sejarah

"Harus didokumentasikan secara baik, selain itu edukasi ke warga agar tidak menjual artefak-artefak yang mereka temukan," katanya.

Kampung Puay merupakan kampung mantan Bupati Jayapura Mathius Awoitauw. "Keindahan Kampung Puay di muara Danau Sentani, dengan pesona alam yang indah, serta Situs Perang Pasifik, dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata di Danau Sentani," tutup Hari.

(Rizka Diputra)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement