OBESITAS kini menjadi masalah yang tak boleh disepelekan. Apalagi sudah ada kasus penderita obesitas yang meninggal dunia akibat komplikasi berbagai macam penyakit.
Salah satunya kasus meninggalnya Muhammad Fajri (26) yang menderita obesitas hingga berbobot 300 Kg. Fajri mengembuskan napas terakhirnya setelah tim dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat melakukan terapi multidisiplin selama 14 hari perawatan. Namun tak mampu memperbaiki kondisi kesehatannya yang terlanjur memburuk.

Sub Koordinator Humas RSCM, Yani Astuti mengatakan, Fajri meninggal dunia dikarenakan infeksi multiple. Dalam perawatannya, pihak RSCM telah menurunkan tim dokter dari multidisiplin. Terdiri dari dokter ahli perawatan intensif (intensivis), paru, jantung, pencernaan, syaraf, kulit, bedah pembuluh darah, gizi, rehabilitasi medik, dan tenaga kesehatan lainnya.
"Perawatan yang sudah dilakukan yaitu terapi antibiotik untuk infeksinya, terapi alat bantu pernapasan, jantung, ginjal dan semua organ yang terganggu akibat gagal organ multiple akibat syok sepsis," ucapnya.
Tak lama Fajri meninggal dunia, ada lagi kasus pria obesitas berbobot 200 kilogram asal Kelurahan Kunciran Indah, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, Banten.
Pria bernama Cipto Raharjo meninggal usai 8 hari dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Pusat. Meski sudah dipindahkan ke RSCM, kondisi Cipto yang berusia 45 tahun itu tak kunjung membaik.
Obesitas membuat Cipto menderita komplikasi penyakit jantung, paru-paru, dan ginjal. "Inaliahiwainalilahi rojiun. Cipto tadi pagi jam 3 (Rabu/19/7/2023) meninggal dunia ya mas ini mau di makamin di tegal," ujar Ristanto, kakak Cipto.
Diketahui, Cipto sebelumnya dirawat di RSUD Kota Tangerang pada Selasa 4 Juli 2023. Dia kemudian dirujuk ke RSCM pada Selasa 11 Juli 2023. Kedua kasus obesitas itu hanya segelintir kasus yang muncul ke permukaan.
Sementara itu Kepala Bidang P2P (pencegahan dan pengendalian penyakit) Dinkes Kota Tangerang Harmayani melaporkan, sebanyak 20 ribu warga Kota Tangerang terkonfirmasi mengalami obesitas. Hal itu berdasarkan deteksi dini yang dilakukan oleh seluruh Puskesmas di setiap wilayah Kota Tangerang. Ini merupakan data sampai Mei 2023 dan masih terus diperbaharui.
Menurut Harmayani, berdasarkan prevalensi obesitas dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Badan Litbangkes Kemenkes RI memang di Indonesia pada 2018 ada di angka 31 persen masyarakat yang mengalami obesitas. Sementara di Kota Tangerang dari total penduduk terdapat 28,6 persen.
Di tempat terpisah, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan kasus obesitas di Indonesia memang makin meningkat. Berdasarkan data yang dimiliki, 1 dari 3 orang dewasa di Tanah Air mengalami obesitas, kemudian 1 dari 5 anak usia 5–12 tahun mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
"Obesitas di Indonesia melonjak dengan mengkhawatirkan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 juga menunjukkan bahwa tren masalah berat badan pada orang dewasa Indonesia telah mengalami peningkatan hampir dua kali lipat. Dari 19,1 persen pada 2007 hingga 35,4 persen pada 2018. Kita harus benar-benar menekan tren peningkatan obesitas ini," ungkap Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes dr Cut Putri Arianie MHKes.
Walaupun belum menjadi prioritas dibandingkan penyakit lain, obesitas telah menimbulkan dampak kesehatan yang serius serta risiko finansial yang makin mahal bagi negara.
Dengan lebih dari 800 juta orang di dunia yang mengalami obesitas, konsekuensi medis dari obesitas akan mencapai lebih dari 1 triliun dolar Amerika Serikat pada tahun 2025.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan obesitas sebagai akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan dan dapat mengganggu kesehatan. Bagi masyarakat Asia, seseorang mengalami obesitas jika memiliki indeks massa tubuh (IMT) di atas angka 25.