Hobi Fotografi? Ternyata Bermanfaat untuk Menjaga Kesehatan Mental Loh!
FOTOGRAFI jadi salah satu hobi menyenangkan dari banyak orang. Memotret dan segala seluk beluk seputar fotografi merupakan salah bentuk seni yang sangat populer sejak dulu hingga saat ini.
Melalui penggunaan pencahayaan, sudut, pembingkaian, alat peraga, dan pemandangan yang kreatif, penggiat fotografi bisa mengubah citra sehari-hari menjadi terlihat artistik yang unik.
Lebih dari sekedar seni dan estetika semata, siapa sangka hobi motret bisa bermanfaat bagi kesehatan secara keseluruhan. Baik untuk pikiran, tubuh dan kesehatan mental, dilansir dari Medicareful, Selasa (25/7/2023) berikut manfaat hobi fotografi untuk kesehatan.
1. Kesehatan otak: Fotografi juga berkaitan dengan cara penyampaian penuaan yang sehat di otak. Contohnya hal-hal yang telah dialami dan dikatakan di masa lalu, otak bekerja dengan cara yang berbeda, bisa mengingat atau lupa. Terlibat dalam bentuk seni adalah cara yang efektif untuk menjaga otak tetap aktif.
Pada 2013, sekelompok peneliti menguji beberapa hobi dengan permintaan kognitif yang tinggi dengan salah satunya adalah fotografi. Hasilnya, ditemukan kalau fotografi meningkatkan memori pada orang dewasa yang lebih tua.
Sementara, ada studi lain melihat hubungan antara fotografi dan memori , khususnya bagaimana melihat foto lama dapat membantu merangsang memori pada orang dewasa yang lebih tua.
2. Terapi penyembuhan: Fotografi juga dipandang efektif dalam membantu kesehatan mental yang kuat, serta membantu mengatasi masalah kesehatan mental. Seni telah lama digunakan sebagai metode terapi untuk berbagai kecemasan atau gangguan kesehatan mental, dengan fotografi khususnya dikembangkan menjadi PhotoTherapy
Manfaat terapi fotografi yang cukup terkenal, adalah sebagai metode untuk fokus pada mendorong keterampilan sosial, mekanisme koping, meningkatkan harga diri, dan pembentukan identitas diri.
Salah satu alasannya adalah bahwa fotografi bertindak sebagai cara untuk membantu orang dengan penyakit mental agar bisa mengekspresikan dirinya. Terutama orang-orang yang berjuang dengan bentuk terapi yang lebih tradisional
(Rizky Pradita Ananda)
