PRIA berinisial YA tengah menjadi buah bibir di linimasa media sosial belakangan ini. Hal ini terkait tindakan agresif dirinya yang mengamuk dengan penumpang lain saat di Stasiun Manggarai.
Tidak lama viral akibat mengamuk di Stasiun Manggarai, ia pun diketahui kembali berulang di Stasiun Sudirman baru-baru ini. Dari laporan sebagian netizen, pria tersebut diduga memang sering membuat onar di tempat umum.
YA ramai disebut pernah berulah, mengamuk berbuat onar di restoran cepat saji, memaksa masuk ke suatu klinik gigi, hingga kabar YA diduga sempat mengancam akan melakukan tindakan kriminal, memperkosa seorang perempuan.
(Foto: tangkapan layar TikTok @bayuadhi19)
Banyak netizen akhirnya resah dengan hadirnya YA di tengah masyarakat. Meminta kepada pihak bertanggung jawab untuk memasukkan pria tersebut untuk ke rumah sakit jiwa (RSJ), agar tak lagi meresahkan banyak orang di ruang publik. Apalagi, yang bersangkutan disebut memiliki riwayat masalah gangguan mental.
Lantas, apakah orang seperti YA seharusnya di dirawat di RSJ? Dijelaskan Psikolog Klinis Meity Arianty, berdasarkan pengamatannya di sosial media, ia menyebut YA punya emosi yang tak stabil dan mudah meluapkan kemarahan.
"Itu menunjukkan bahwa YA sulit berada di tengah masyarakat. Dia kerap mengganggu orang lain dan ini mengkhawatirkan," kata Mei saat dihubungi MNC Portal, Jumat (14/4/2023).
"Karena sudah mengganggu orang lain, perawatan di rumah sakit mungkin bisa membantu menstabilkan emosinya yang meledak-ledak," sambungnya.
Meity menambahkan, apalagi dengan melihat kondisi sudah ada korban dari ketidakstabilan emosi yang dialami YA tersebut. Ini menandakan, kondisi yang dialami pria tersebut sudah masuk tahap bisa membahayakan orang lain
"Sudah ada korban juga kan dari ketidakstabilan emosinya itu," imbuh Meity.
Meity menegaskan, ia pribadi tak bisa memastikan apakah YA benar punya gangguan mental atau ini sebatas mencari perhatian masyarakat. Mengingat dirinya tidak melakukan pemeriksaan langsung kepada pria tersebut.
Namun, dengan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit, bisa membantu penegakan diagnosa terhadap YA.
"Tim psikolog dan psikiater nanti yang akan menentukan diagnosanya dan pada kasus ini, YA perlu dirawat," papar Meity.
(Rizky Pradita Ananda)