MENURUNNYA jumlah tenaga kesehatan (nakes) di negara-negara miskin semakin meningkat saat ini, tengah menjadi sorotan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
WHO menyebutkan semakin berkurangnya nakes di negara-negara miskin ini, terkait dengan fenomena eksodus atau imigrasi besar-besaran para nakes ke negara-negara yang lebih kaya ditambah juga dengan perekrutan aktif, dikutip dari Reuters, Rabu (15/3/2023).
Kondisi defisit nakes ini semakin diperburuk dengan imbas dari pandemi Covid-19 sebelumnya, yang membuat negara-negara miskin tersebut banyak kehilangan staf tenaga kesehatan karena infeksi Covid-19.
Kecenderungan perawat dan staf tenaga kesehatan lain untuk meninggalkan negara-negara miskin seperti sebagian Afrika atau Asia Tenggara, demi peluang yang lebih baik di negara-negara kaya di Timur Tengah atau Eropa ini, disebutkan lebih lanjut memang sudah berlangsung sebelum pandemi Covid-19. Tapi kini semenjak saat itu, WHO menyebutkan telah meningkat ketika persaingan global memanas.
"Tenaga kesehatan adalah tulang punggung dari setiap sistem kesehatan di setiap negara, ujar Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
"Namun 55 negara punya sistem kesehatan masyarakat terlemah di dunia tidak mempunyai cukup jumlah nakes dan banyak yang kehilangan nakes mereka karena migrasi internasional," tambahnya.
Dari 55 negara yang dimaksud Tedros, termasuk di dalamnya negara-negara ‘rentan’ versi WHO seperti Komoro, Rwanda, Zambia, Zimbabwe, Timor Leste, Laos, Tuvalu, dan Vanuatu.
Jim Campbell, direktur departemen tenaga kesehatan WHO mengatakan perlindungan terhadap tenaga kesehatan harus diutamakan. Sebab, berangkat dari perlindungan nakes yang terjamin, maka sistem kesehatan masyarakat suatu negara bisa berjalan dengan baik.
"Kita perlu melindungi tenaga kesehatan, jika ingin memastikan penduduk memiliki akses ke perawatan," seru Jim.
Dari keterangan Jim, WHO mencatat sekitar 115.000 tenaga kesehatan meninggal akibat Covid-19 di seluruh dunia selama pandemi. Namun yang menjadi highlight adalah, lebih banyak lagi yang meninggalkan profesinya karena kelelahan dan depresi.
(Rizky Pradita Ananda)