SEIRING dengan intensitas hujan yang tinggi dari awal tahun hingga Maret 2023 ini, penyakit infeksi Leptospirosis pun tengah merebak di beberapa daerah di Indonesia.
Tidak hanya Provinsi Jawa Timur, Semarang juga tak luput dari serangan penyakit infeksi yang dibawa dari hewan salah satunya tikus ke manusia ini.
Dari data yang dipaparkan Pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Semarang, Dr. dr. Muchlis Achsan Udji Sofro SpPD KPTI MKM FINASIM. Jumlah kasus leptospirosis sejak Januari sampai Febuari 2023 terlapor sudah 23 kasus dan 6 angka kematian alias meninggal dunia.
"Berdasarkan data yang terlaporkan sejak Januari 2023, terlaporkan ada 16 kasus leptos 12 wanita 4 pria. Lalu di Februari ada 7 kasus leptospirosis, 6 wanita dan 1 pria, jadi ada 23 kasus dan yang meninggal 6," jelas dr. Muchlis dalam Media Grup Interview bersama IDI secara daring baru-baru ini.
Melihat terus munculnya kasus di masyarakat, dr. Muchlis mengingatkan, penyakit leptospirosis pada dasarnya bisa terjadi mana saja.
"Jadi, di kota-kota atau tempat-tempat yang adanya genangan atau banjir contohnya seperti Jogja pernah ada kasus leptospirosis. Jadi pada prinsipnya, semua daerah bisa mendapat kasus leptospirosis berat yang terkadang mengakibatkan kematian,” tegasnya.
BACA JUGA:Jawa Timur Diserang Leptospirosis, Tembus 249 Kasus dan 9 Orang Meninggal
Mengingat penyakit satu ini bisa menyerang usia manapun, anak-anak hingga orang dewasa, dr. Muchlis mengimbau setiap orang harus melakukan upaya pencegahan agar tidak terinfeksi leptospirosis. Mulai dari kebersihan diri sendiri, keluarga hingga lingkungan.
“Kita tidak bisa menolak adanya banjir atau tidak banjir, tapi, di sini intinya kita harus meningkatkan kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan, terutama (keluarga) yang terdampak banjir,” tutup dr. Muchlis singkat.
(rpa)
(Kemas Irawan Nurrachman)