DANAU Tondano di Kabupaten Minahasa menyajikan panorama alam yang indah. Danau terluas di Sulawesi Utara ini diapit oleh Gunung Kaweng, Lambean, Bukit Tampusu dan Gunung Masarang.
Lalu, seperti asal-usul terbentuknya Danau Tondano yang kini jadi salah satu destinasi wisata favorit di Minahasa?
Danau Tondano dengan di kelilingi perbukitan serta air yang tenang, membuat pengunjung seperti berada di "surga" dunia. Terlebih bila Anda datang pada hari-hari sepi pengunjung, akan membuat liburan semakin menarik dan kian intim dengan alam yang indah.
BACA JUGA:Danau Beratan: Lokasi, Fasilitas dan Harga Tiket Masuk
Di wilayah sekitar danau tersebut pun dipadati dengan penduduk dan warung makan. Danau Tondano sendiri merupakan salah satu danau vulkanik di Indonesia yang terbentuk secara alami karena bencana alam.
Luas Danau Tondano mencapai 4.278 hektare. Kemudian, apabila dilihat sekilas, terasa seperti melihat lautan lepas di tengah pemukiman warga. Tapi, di balik indahnya alam di danau tersebut, Legenda Danau Tondano masih melekat erat di kalangan masyarakat setempat.
Konon, danau Tondano terbentuk akibat kemurkaan alam, karena pernikahan anak dari Tonaas bagian Utara dan Selatan. Tonaas merupakan pemimpin kekuasaan yang kala itu mendiami dua kubu di sebuah gunung tinggi.
BACA JUGA:Intip Keindahan Air Terjun Siboruon, Atraksi Alam Memukau Dekat Danau Toba
Mengutip dari iNews, kedua pemimpin tersebut akhirnya memiliki anak. Di mana Tonaas Utara dikaruniai anak perempuan bernama Marimbaouw, sementara Tonaas Selatan memiliki anak laki-laki bernama Maharimbouw. Semasa kecil keduanya tak pernah bertemu karena faktor perbedaan wilayah tersebut.
Awal mula permasalahan itu terjadi lantaran Marimbouw yang menjadi satu-satunya anak Tonnas utara merupakan perempuan. Hal itu pun menjadi penghalang penerus kekuasaan dan tahta.
Kemudian, sang ayah pun memintanya untuk berperilaku serta berpakaian layaknya pria dan melakukan sumpah untuk tidak menikah, agar tahta turut kepadanya. Janji tersebut pun disaksikan oleh masyarakat sekitar. Kemudian, dia juga belajar ilmu beladiri serta mendalami karakter pria.
Hingga akhirnya suatu ketika Marimbouw berburu kemudian tersesat di hutan. Tapi, keberadaanya dicurigai oleh Maharimbouw dan langsung menangkapnya.
Pada penangkapan tersebut, kedok Marimbouw seketika terbuka dan rambut panjangnya pun terurai. Hal itulah yang membuat Maharimbouw jatuh hati kepada Marimbouw.
Sejak pertemuan itu, keduanya melakukan hubungan secara diam-diam, hingga pada akhirnya Maharimbouw memutuskan untuk menikahi Marimbouw. Tapi, keinginannya sempat ditolak karena perjanjian yang sudah dilakukan oleh Marimbouw pada sang Ayah.
Meski demikian, Maharimbouw dan Marimbouw pun akhirnya menikah. Tapi, tidak lama setelah pernikahannya dan karena Marimbouw melanggar perjanjian, alam pun murka dan seketika terjadi gempa bumi serta letusan gunung yang membentuk Danau Tondano.
(Salman Mardira)