SEDIKITNYA ada lima upacara adat di Sumatera Utara yang masih sering dilakoni masyarakat sebagai bentuk menjaga tradisi budaya warisan leluhur.
Sumatera Utara yang populasinya mencapai 15,31 juta jiwa per Juni 2022 adalah provinsi yang dihuni beragam suku dan etnis. Paling banyak adalah suku Batak. Kemudian Jawa, Melayu, Nias, Tionghoa, Minang, dan Aceh.
Dengan banyaknya suku tersebut, maka tidak heran jika Sumatera Utara memiliki keberagaman adat dan budaya.
BACA JUGA:10 Upacara Adat Khas Betawi, dari Syukuran Kehamilan hingga Tradisi Pindah Rumah
Mengutip dari iNews Sumut, berikut beberapa upacara adat di Sumatera Utara yang masih terjaga warisannya.
Tarian Sigale-gale
Tarian sigale-gale dikenal juga sebagai tarian membuang kesialan. Masyarakat Batak di Samosir, Sumatera Utara mempercayai bahwa seseorang yang meninggal tetapi belum menikah akan membawa kesialan pada keluarganya. Untuk itu keluarga mengadakan tarian sigale-gale menggunakan boneka kayu.
Patung sigale-gale (Indonesia Travel)
Tarian Gundala-Gundala
Tarian gundala-gundala berasal dari suku Karo, Sumatera Utara. Suku Karo menarikan tarian gundala-gundala dengan memakai topeng untuk memanggil hujan datang. Tidak ada batasan jumlah penari dalam tarian gundala-gundala.
BACA JUGA:Mengenal Festival Toet Apam, Tradisi Bakar Serabi Khas Aceh di Bulan Rajab
Topeng dalam upacara adat ini dipercaya memiliki kekuatan magis. Biasanya topeng digunakan oleh tetua suku untuk memanggil hujan.
Fahombo
Fahombo atau lompat batu adalah tradisi paling populer dari suku Nias, Sumatera Utara.
Dahulu kala, Fahombo merupakan upacara adat untuk mendewasakan laki-laki Nias. Masyarakat Nias percaya ritual ini mengandung kekuatan magis. Sekarang atraksi lompat batu 2 meter ini menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Tradisi Mangulosi
Upacara adat di Sumatera Utara berikutnya adalah tradisi mangulosi. Tradisi ini berasal dari kata ‘ulos’ atau kain tenun khas Suku Batak. Kain Ulos digunakan pada prosesi adat suku Batak.
Mangulosi sendiri merupakan prosesi mengalungkan kain ulos kepada seseorang yang sedang berduka atau mengadakan pesta. Suku Batak mengartikan upacara ini sebagai bentuk doa, kasih sayang, dan kehangatan.
Mangongkal Holi
Masyarakat Suku Batak mengenal tradisi Mangokal Holi. Dalam upacara ini, masyarakat Batak membongkar kuburan sanak saudara yang ada diperantauan. Kemudian, memindahkan tulang belulangnya ke tanah kelahiran.
Upacara ini dilakukan dengan persetujuan keluarga. Dalam prosesnya, keluarga yang memiliki garis keturunan berhak membersihkan tulang leluhur mereka.
(Salman Mardira)