Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kenapa Orang Mandailing Enggan Disebut Batak? Simak Penjelasannya

Andini Putri Nurazizah , Jurnalis-Sabtu, 24 Desember 2022 |11:02 WIB
Kenapa Orang Mandailing Enggan Disebut Batak? Simak Penjelasannya
Desa Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumut (Foto: Instagram/@visit.mandailing)
A
A
A

SUKU Batak merupakan suku bangsa terbesar ketiga di Indonesia yang berasal dari Sumatera Utara. Untuk itulah suku Batak memiliki 7 sub etnis, yaitu Toba, Karo, Pakpak, Simalungun, Mandailing, Angkola.

Untuk itu, Mandailing masih salah satu sub etnis Suku Batak, atau bisa dikatakan termasuk rumpun suku Batak.

Namun sayangnya, bagi orang Mandailing sendiri sebenarnya tidak mau disebut sebagai orang Batak. Padahal keduanya masih menggunakan bahasa dan adat istiadat yang hampir sama.

Meski sejatinya tanah Medan bukan hanya suku Batak saja, hal ini karena wilayahnya masuk kedalam kawasan Melayu Deli, jadi ada orang Tionghoa dan Minang yang mendiami wilayah tersebut.

Lantas kenapa ya orang Mandailing tidak mau disebut sebagai Batak? Berikut ulasannya sebagaimana Okezone himpun dari berbagai sumber.

Peristiwa Batak Maninggoring

Pernyataan mengenai 'Mandailing Bukan Batak' juga dibenarkan oleh sejarawan Malaysia, Mohamed Azli Bin Mohamed Azizi dalam makalahnya yang bertajuk 'Sejarah Kedatangan Orang-Orang Mandailing ke Semenanjung Tanah Melayu', dan telah didukung oleh sarjana Belanda, Jerman dan Indonesia.

BACA JUGA: 20 Makanan Halal Khas Batak yang Wajib Dicoba saat Liburan di Sumatera Utara

Pria Mandailing

(Komunitas Mandailing, Foto: Ist)

Adapun puncak kekeliruan mengenai 'Mandailing Bukan Batak' tercetus dari salah satu peristiwa bernama 'Batak Maninggoring' di Kayu Laut pada 1922 silam.

Di mana kala itu masyarakat Mandailing diduga ditipu kaum Batak yang bersekongkol dengan Belanda, untuk menjadikan daerah Mandailing sebagai daerah Batak sekaligus mengkristenisasi daerah itu. Padahal orang Mandailing sendiri merupakan penganut Islam taat hingga sekarang.

Peristiwa pemakaman Sungai Mati

Pada tahun 1920-an terdapat kasus pemakaman Sungai Mati, di mana orang Mandailing menolak untuk menerima seorang Batak muslim yang dimakamkan di sana. Khususnya pada tanah wakaf bangsa Mandailing. Sehingga hanya orang asli Mandailing sajalah yang boleh dimakamkan di sana.

Ilmuwan Daniel Perret dalam bukunya berjudul 'Kolonialisme dan Etnisitas Batak dan Melayu di Sumatera Timur Laut' menjelaskan, penolakan ini disebabkan oleh perbedaan agama, karakter, serta tingkat pendidikan di kalangan orang-orang Tapanuli.

Bahkan sampai sekarang aturan tersebut masih berlaku, setelah melalui proses pengadilan Mahkamah Syariah Islam dan juga Mahkamah Raad Van Justice di Medan. Jika Anda melewati Jalan Katamso, di sana masih terdapat sebuah plang yang bertuliskan 'Pemakaman Mandailing Sungai Mati'.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement