Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Bocah 12 Tahun Ditolak Naik Pesawat hingga Menangis, Ternyata Ini Penyebabnya

Sri Latifah Nasution , Jurnalis-Rabu, 26 Oktober 2022 |08:04 WIB
Bocah 12 Tahun Ditolak Naik Pesawat hingga Menangis, Ternyata Ini Penyebabnya
Charlie Mooney, bocah 12 tahun ditolak naik pesawat karena terbang tanpa pendampingan (Foto: NZ Herald)
A
A
A

SEORANG anak laki-laki berusia 12 tahun dibiarkan menangis, setelah staf maskapai Qantas tidak mengizinkannya naik pesawat. Bocah tersebut sedianya akan terbang ke Thailand untuk mengunjungi ayahnya untuk kali pertama setelah sembilan bulan lamanya.

Melansir News.com.au, Charlie Mooney telah memesan tiket melalui agen tiket maskapai Qantas untuk penerbangan Auckland-Bangkok. Ia akan terbang menemui ayahnya, tanpa pendampingan dua pekan lalu.

Tarif harga dewasa dengan biaya tambahan dibayarkan, agar Charlie dirawat selama penerbangan, karena tidak ada pendampingan.

Clare Mooney, ibu Charlie, mengantar putranya tersebut dari rumah mereka di Kerikeri, sekitar 260 km di utara Auckland, dan memesan akomodasi selama semalam di dekat Bandara Auckland, sehingga mereka bisa tiba di bandara pada pukul 03.00 waktu setempat untuk penerbangan.

Alih-alih menyambut anaknya yang akan bepergian, Mooney mengatakan bahwa staf bersikap kurang hangat dan mencari masalah daripada menemukan solusi sejak awal. Awalnya, Mooney mengatakan putranya tidak bisa berangkat karena masalah sertifikat vaksin.

BACA JUGA: Qantas Airlines Tuai Kecaman Gara-gara Hilangkan Menu Vegetarian

Kemudian, dia mengatakan hal tersebut tidak benar, dan anaknya tidak bisa berangkat karena penerbangan tersebut merupakan penerbangan codeshare dengan Emirates, yang artinya maskapai akan berubah untuk bagian kedua dari perjalanan.

Maskapai dengan Sajian Makanan Terbaik Dunia

“Putra saya putus asa dan bingung karena tidak bisa melihat ayahnya,” kata Mooney.

“Kami adalah (orang) yang pertama dalam antrean, tapi sepertinya mereka tidak mengharapkan kami (terbang),”

Mooney mengatakan bahwa seorang manajer tiba di meja Qantas tepat pukul 04.30 waktu setempat, dan pada saat itu Charlie dan ayahnya, yang menelepon dari Bangkok, sama-sama menangis.

“Saya berdiri di sana dengan perasaan yang tidak berdaya, setelah diperlakukan seolah saya telah membuat suatu kesalahan,” katanya.

“Manajer Qantas mengatakan hal tersebut terjadi karena codeshare, Qantas tidak bisa bertanggung jawab agar anak saya ikut dari persinggahan di Sydney ke Bangkok karena ini adalah bagian dari tanggung jawab Emirates,“ tuturnya.

Karena alasan tersebut, kata Mooney, mereka tidak bisa mengikutkan anaknya dalam penerbangan.

Tiket tersebut telah dipesan oleh ayahnya Charlie, Andrew Read, dan masalah codeshare telah diberi tahu sejak awal, tetapi agen itu mengatakan akan baik-baik saja dan tiket tersebut dikirim melalui formulir dan faktur untuk biaya tanpa pendampingan.

“Tiket tersebut memperlihatkan penerbangan maskapai Qantas ke Bangkok, jadi kami tidak berpikir bahwa akan ada masalah,” kata Mooney.

Ketika sudah jelas bahwa Charlie tidak akan diizinkan ikut dalam penerbangan tanpa pendamping dengan usia yang masih di bawah umur, dan dijaga oleh staf penerbangan, orangtuanya akhirnya mendiskusikan untuk mengikutkannya dalam penerbangan sebagai orang dewasa.

“Tiketnya adalah tarif dewasa, jadi kami mendiskusikannya untuk penerbangan sendirian. Dia memiliki ponsel dan perangkatnya, jadi kami bisa memantaunya sepanjang perjalanan,” jelas Mooney.

Infografis Maskapai Paling Tepat Waktu di Dunia

“Tapi, mereka juga tidak akan mengizinkannya. Dalam situs mereka, dikatakan usia 12-15 tahun bisa bepergian sendiri, selama mereka bisa diidentifikasi sebagai remaja, jadi mereka sangat bingung,” tambahnya.

Lucunya, staf maskapai tidak percaya bahwa Charlie berusia 12 tahun, meskipun paspornya ada di tangan mereka.

“Saya merasa mereka hanya ingin kami pergi. Saya telah mencoba mencari solusi, dan mereka hanya ingin mencari masalah. Saya telah melakukan semua pekerjaan dan mereka tidak melakukan apa-apa.”

Charlie pun kembali ke Kerikeri dengan ibunya. Semenjak itu, Read telah menghabiskan sekitar Rp44 juta untuk memesan tiket penerbangan alternatif dengan maskapai Malaysian Airlines.

Ia mengeluh kepada Qantas, tetapi maskapai tersebut terus merujuknya ke Emirates dan berhenti menanggapi pertanyaannya.

“Saya pertama kali menindaklanjuti hal ini dengan Qantas dan mereka mengarahkan saya ke Emirates karena saya membayar penerbangan Emirates,” kata Read.

“Emirates kemudian menyuruh saya kembali ke Qantas, (mereka) mengatakan Qantas adalah maskapai yang akan membawanya dan saya harus berurusan dengan mereka,” sambung Read yang kesal dipingpong.

Read yakin kalau itu adalah kesalahan Qantas Bangkok, tapi mereka mengatakan tidak akan ada pertanggungjawaban.

“Mereka bisa saja menerbangkan Charlie dengan staf darat mereka yang memberi dukungan dengan masalah yang sangat sedikit tersebut, tetapi sebaliknya, mereka memperlakukannya dengan sangat buruk,” keluhnya lagi.

(Rizka Diputra)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement