Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

4 Alasan Orang Suka Selingkuh Berbasis Neurosains, Mungkinkah Bawaan Lahir?

Martin Bagya Kertiyasa , Jurnalis-Selasa, 11 Oktober 2022 |19:33 WIB
4 Alasan Orang Suka Selingkuh Berbasis Neurosains, Mungkinkah Bawaan Lahir?
Ilustrasi Pasangan Selingkuh. (Foto: Shutterstock)
A
A
A

AKHIR-AKHIR ini kita memang disuguhkan dengan banyak berita perslingkuhan, bahkan ada yang berujung pada Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Memang, kerap menjadi pertanyaan ketika mereka yang selingkuh nampak telah memiliki segalanya.

Biasanya, banyak orang menganggap selingkuh terjadi karena istri yang dimiliki tidak kalah cantik. Tapi, pada kenyataannya mereka yang berselingkuh juga tidak melihat paras.

Menurut CEO Stress Management Indonesia Coach Pris, seseorang dapat selingkuh karena kondisi otaknya, bukan semata meninggalkan istri demi wanita lebih cantik atau meninggalkan suami demi pria yang lebih mapan.

Menurutnya, antara perselingkuhan, kesehatan otak, dan kondisi mental seseorang memiliki hubungan yang saling berkesinambungan. Pasalnya selingkuh bukan bawaan lahir, tetapi terbentuk dari kondisi mental seseorang.

"Kondisi mental seseorang, termasuk selingkuh, memiliki kaitan yang erat dengan kesehatan otaknya. Pada hari kesehatan mental sedunia ini, kami ingin memberikan informasi alasan sebenarnya seseorang berselingkuh, sehingga permasalahan bisa diatasi dari akarnya," kata dia seperti dilansir dari Antara.

Selingkuh

Ada empat alasan berbasis neurosains seseorang dapat berselingkuh, berikut ulasan singkatnya:

Kecanduan euforia cinta

Pengalaman indah jatuh cinta dan tergila-gila dengan seseorang tidak bertahan selamanya. Ahli saraf menemukan setelah enam bulan hingga dua tahun, rasa cinta yang menggebu-gebu berubah menjadi cinta dan komitmen yang lebih dalam atau keputusan untuk berpisah dan melepaskan diri.

Banyak terapis pasangan mengatakan perselingkuhan terjadi karena orang salah mengira kurangnya intensitas dan euforia sebagai tanda mereka telah putus cinta. Kurangnya euforia ini dapat mendorong seseorang untuk mencari pasangan lain untuk mencoba menciptakan kembali intensitas cinta yang tinggi. Bagi sebagian orang, kebutuhan untuk merasakan aliran cinta baru membuat mereka terus mencari hubungan di luar nikah.

Kehilangan sirkuit kontrol diri

Sirkuit kontrol diri adalah sistem penyeimbang antara bagian otak limbik yang memotivasi untuk mencari aktivitas yang menyenangkan dan bagian otak korteks prefrontal (PFC) yang membuat seseorang berpikir dua kali sebelum terlibat dalam perilaku berisiko, seperti perselingkuhan.

Ketika sirkuit kontrol diri seimbang, kontrol impuls memadai menghentikan seseorang dari berselingkuh. Namun, ketika aktivitas PFC rendah, terjadi ketidakseimbangan yang menyebabkan seseorang menyerah pada keinginan impulsif tanpa memikirkan konsekuensinya.

Studi pencitraan otak menunjukkan orang dengan aktivitas rendah di PFC lebih mungkin untuk bercerai. Stress Management Indonesia memiliki program seperti Brain Health Assessment untuk mengetahui kondisi sirkuit kontrol diri otak seseorang.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement