“Belajar dari kegagalan tersebut, kini ragam koleksi Carl & Claire selalu hadir berdasarkan pemetaan konsep yang diklasifikasikan berlandaskan kebutuhan, tren, dan karakter masyarakat. Dimana sesuai dengan misi awal kami untuk membangun kepercayaan diri serta memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia akan produk wewangian berkualitas tinggi dengan harga terjangkau,” ucapnya.
Mengawali perjalanan bisnis nya dengan berpartisipasi pada offline Bazaar, di situlah Nouva banyak belajar dan mengumpulkan informasi melalui interaksi langsung. Mulai dari mengetahui lebih dalam serba serbi parfum dari kacamata konsumen, seperti concern yang dimiliki, faktor yang menjadi daya tarik, dan belajar memahami perilaku belanja konsumen.
Tidak hanya itu, terdapat ruang pembelajaran bagi Nouva dalam perjalanan bisnis Carl & Claire. Mulai dari stok yang diperkirakan akan laku selama tujuh hari pameran, justru hanya berhasil terjual lima botol selama dua hari berlangsung hingga ribuan botol yang telah disiapkan untuk penjualan produk terbaru, kenyataan dilapangan hanya sukses terjual puluhan unit.
Menjadi pembelajaran besar dalam perjalanan karir di industri ini, Nouva mengkaji apa yang menjadi pemicu kegagalan dan mencari formula penanganannya. Seperti halnya saat Carl & Claire dihadapkan pada situasi pandemi yang memaksa Nouva untuk untuk menyusun ulang strategi penjualan dan beradaptasi dengan cara baru.
Keterbatasan ruang gerak serta perubahan perilaku konsumen, Carl & Claire mulai lebih fokus memanfaatkan ranah digital untuk lebih dekat dengan konsumen. Mulai dari pembuatan konten menarik hingga memanfaatkan platform e-commerce seperti Shopee yang dapat memperluas jangkauan serta kemudahan akses bagi konsumen.
Carl & Claire bersama Shopee perluas jangkauan produk di ranah digital
Setelah menjalankan bisnis offline, Nouva melihat kemajuan teknologi tidak hanya menawarkan cara baru dalam pembuatan produk parfum yang inovatif. Perkembangan bisnis belanja online akhirnya membawa Nouva memulai berjualan dan bergabung bersama Shopee.