ADANYA tren makanan organik sehat membuat beberapa petani sayur dan buah konsisten menanam tanpa kimia. Salah satunya Aliansyah, yang tergabung dalam program Sekolah Tani Agroekologi (STA).
Aliansyah petani yang sudah menikmati keuntungan dari hasil panen pertanian organik yang dipraktikkan. Ia bertani di kebunnya yang berlokasi di Desa Babaung, Kecamatan Pulau Hanaut, Kotawaringin Timur.
Setiap hari Aliansyah menanam banyak jenis sayur dan buah. Mulai dari bercocok tanam jeruk, kacang panjang, cabai dan beberapa jenis sayuran lain.
Aliansyah mengungkapkan pengalamannya saat mulai menanam sayur dan buah organi. Ia merasa untung karena tidak banyak step saat menanam dan membedakan pengalaman saat bercocok tanam biasa.
“Sebelum 2020, saya bercocok tanam secara non-organik, dan hasil yang saya dapat jauh di bawah harapan.
BACA JUGA : Lebih Sehat dengan Makanan Organik di Tengah Pandemi
Ia menyebut, selama belum beralih menjadi petani sayur dan buah organik, ia sering mendapati kondisi tanah yang rusak akibat bahan kimia yang dipakai terus.
"Ini menyebabkan modal yang harus saya keluarkan untuk perawatan mencapai lebih dari dua kali lipat dari hasil panen waktu itu."
"Saat saya hampir menyerah, saya diperkenalkan STA dan mengikuti temu lapangan di Desa Kelampan. Di sana, saya melihat sendiri hasil dari para petani yang sudah menerapkan praktek pertanian tanpa bakar dan tanpa kimia, dengan panen yang sangat memuaskan.
BACA JUGA : 5 Prinsip Dasar Pertanian Organik, Jangan Salah Pilih Pupuk
Ia merasa sangat puas. Satu hal yang membawa berkah baginya yaitu pernah panen 1 ton jeruk selama 3 bulan. Wow!
"Saya bisa memanen 1 ton jeruk. Kini, kebun jeruk saya selalu berbuah sepanjang tahun, tanpa henti, dan tidak mengenal musim," tambahnya gembira.