Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Mengenal Masjid Cangaan, Saksi Perkembangan Islam di Bojonegoro Sejak Era Mataram

Avirista Midaada , Jurnalis-Senin, 18 April 2022 |09:05 WIB
Mengenal Masjid Cangaan, Saksi Perkembangan Islam di Bojonegoro Sejak Era Mataram
Masjid di Bojonegoro (MPI/Avirista)
A
A
A

Ketua Takmir Masjid Jami' Nurul Huda Cangaan, Abdul Hakim membenarkan, masjid yang berada di Desa Cangaan, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro ini merupakan masjid tertua di Bojonegoro. Salah satu warisan yang dipertahankan ada pada daun pintu di pintu masuk dan empat tiang yang ada di tengah masjid yang masih dipertahankan.

"Memang masjid ini tertua di Bojonegoro. Jadi tulisan 1262 H di daun pintu merupakan renovasi ketiga dari waktu berdiri awalnya masjid. Kalau masjidnya didirikan lebih tua dari itu," ungkap Abdul Hakim.

Menurut Hakim, Masjid Jami Nurul Huda ini didirikan oleh bagian Kerajaan Mataram Islam asal Solo yakni Ki Ageng Wiroyudo. Ki Wiroyudo demikian nama akrab beliau, yang kemudian berganti nama menjadi Abdul Hamid, usai pergi haji, kabur dari Kerajaan Mataram lantaran wilayah kerajaan diserang Belanda dan ia pun melarikan diri menelusuri Sungai Bengawan Solo hingga terdampar di Desa Piyak, Kecamatan Kanor.

"Jadi dari cerita nenek moyang dahulu Mbah Buyut Wiroyudo dengan nama Ki Ageng Wiroyudo ini kabur dari Mataram karena dikejar Belanda. Naik perahu bersama pasukan lainnya dan terdampar di Desa Piyak. Lalu setahun di Piyak, pindah ke sini (Cangaan)," ucapnya.

Di Desa Cangaan inilah, Wiroyudo akhirnya mendirikan masjid tahun 1775 M untuk tempat ibadah dan menyebarkan ajaran agama islam. Awalnya bangunan Masjid Nurul Huda hanya berkonstruksikan kayu dengan atapnya berasal dari alang - alang dan daun jati.

"Dulu sebelum dipugar, masjid tersebut atapnya terbuat dari alang-alang dan daun jati," bebernya.

Sejak berdiri tahun 1775 M hingga saat ini, masjid sudah direnovasi 5 kali, daun pintu dan 4 pilar di masjid yang masih dipertahankan merupakan hasil renovasi ketiga tahun 1262 H atau 1847 M.

"Jadi ini daun pintu menunjukkan renovasi ketiga itu tahun 1262 H. Sebelumnya masjid ini sudah ada lama dan digunakan sebagai tempat penyebaran islam di Cangaan dan sekitarnya," tuturnya.

Selain konstruksi dasar bangunan masjid yang masih dipertahankan, terdapat sejumlah peninggalan kuno yang masih tersimpan mulai dari karpet merah, keris, dan tombak milik Ki Wiroyudo yang tersimpan dalam peti kayu jati yang juga usianya diperkirakan sudah mencapai 342 tahun.

"Ada peninggalan karpet merah, tombak, dan keris yang tersimpan dalam peti kayu. Itu semua barang dari Ki Wiroyudo. Bahkan karpet merah itu pernah dipakai pemerintah Bojonegoro menyambut kedatangan Bung Karno waktu berkunjung ke Bojonegoro," katanya.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement