Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Cerita Mistis Gunung Wijil Klaten, Melanggar Pantangan Didatangi Makhluk Mengerikan

Saeful Efendi , Jurnalis-Minggu, 06 Maret 2022 |21:01 WIB
Cerita Mistis Gunung Wijil Klaten, Melanggar Pantangan Didatangi Makhluk Mengerikan
Gunung Wijil (iNews/Saeful Efendi)
A
A
A

GUNUNG Wijil sebenarnya terdiri dari sejumlah lokasi yang digunakan ngalap berkah. Salah satunya tempat peristirahatan kerabat Keraton Surakarta adalah Astonohargo Mulyo Gunung Wijil.

Lokasi ini merupakan makam cukup terkenal dalam syiar Islam yakni makam Syeh Joko yang merupakan murid Joko Tingkir yang juga cikal bakal adanya makam ini.

Selain itu, ada makam Ki Ageng Lokojoyo maupun makam Raden Ayu Yudorono yang merupakan makam Nyai Sedah Merah yang selama hidupnya tidak mempunyai suami.

Tak heran lokasi Gunung Wijil ini sendiri banyak digunakan orang-orang ngalap berkah mulai dari ingin mencari kekayaan harta benda atau penglarisan atau orang profesi atau derajat pangkat tertentu yang dicita-citakan mereka sebelumnya termasuk mencari pesugihan atau ingin kaya secara spontan tanpa bekerja keras.

infografis

BACA JUGA:3 Tempat Angker untuk Wisata Horor di Semarang, Ada Penampakan Noni Belanda

Terutama di malam tertentu di penanggalan Jawa seperti malam Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon banyak pengunjung di makam ini yang berasal dari sejumlah kota datang untuk ngelap berkah tentunya dengan niat yang bersih dan sunguh-sunguh tentunya akan terkabulkan.

Jika para orang peziarah yang ngalap berkah di lokasi ini bisa dikatakan berhasil atau sukses, dia biasanya akan ditemui sosok hewan berbentuk anjing merah yang merupakan klangenan dari penghuni penguasa Gunung Wijil. Namun ada sejumlah pantangan yang wajib dipatuhi para pengunjung yang ingin berziarah ke makam ini. Salah satunya pengunjung wanita yang sedang datang bulan dilarang masuk ke makam.

Jika nekat dilanggar biasanya akan didatangi makhluk aneh dan mengerikan yakni manusia bersisik dan berkepala ular yang datang dalam mimpinya dan larangan mengenakan perhiasan apa pun. Di sekitar kompleks makam ini sendiri terdapat beberapa tanaman yang bernama Widoro, yang dipercaya sebagai obat herbal bagi penderita sakit perut, mual-mual serta gejala masuk angin.

Namun pohon tersebut juga dipercaya memiliki aura gaib dari tokoh makam di kompleks, mengingat masyarakat sekitar menganggap kerabat keraton adalah titisan dari dewa. Sehingga makamnya pun dianggap masih mempunyai daya magis tertentu.

“Saya mendengar banyak cerita atau suara dari masyarakat yang katanya di daerah Gunung Wijil banyak fenomena yang begini begitu. Saya saat ini datang ke Gunung Wijil ingin membuktikan apa yang sering saya dengar baik dari masyarakat Gunung Wijil khususnya dari luar,” kata Agus, pengunjung makam.

“Kalau untuk wisata religi, ada tempat-tempat untuk berziarah. Ada tiga titik yang memang terpandang yang biasanya untuk melakukan ritual atau sekadar ziarah,” katanya.

Di kompleks ini dikenal ada dua lokasi dengan julukan golongan putih dan hitam. Jika golongan hitam adalah lokasi luar kompleks makam yang masih satu bukit terdapat gua pesugihan yang terkenal dengan lokasi buto ijo sebagai media pesugihannya jaraknya kurang lebih 500 meter dari kompleks makam.

Batu yang berbentuk mirip buaya atau dalam bahasa Jawa watu boyo, konon sebagai kontak gaib dengan maklhuk pesugihan salah satunya buto ijo saat bulan purnama.

Menurut mitos pintu gua bisa terbuka sendiri dan bagi yang bisa melihat dari sisi gaib lokasinya gua ini mirip sebuah keraton yang indah.

Buto ijo sendiri berbentuk besar dan berkulit hijau serta memiliki taring gigi yang besar dan mata merah serta melotot. Mitosnya orang yang berani melakukan ritual di tempat ini harus berani mengikat kontrak gaib dengan tumbal tertentu seperti nyawa atau hal penting lainnya maka keinginanya untuk cepat kaya juga akan terwujud.

Namun yang datang ke lokasi gua ini untuk ritual umumnya mereka membawa pemandu ritual pesugihan sendiri yang dipercaya karena lokasi ini tidak ada juru kuncinya. Mereka pun melakukan ritual dengan perjanjian dengan penunggu buto ijo dengan membawa sesaji mulai kemenyan dan kembang tiga rupa.

“Gunung Wijil itu salah satu gunung yang kecil itu bagian dari anak Gunung Lawu yang bertempat di sini. Selain berada di sekitar hutan, gunung ini memiliki dua gua,” kata Nukdiyono.

“Orang yang pertama kali memberikan nama Gunung Wijil ini adalah erang Pramijil. Eyang Pramijil ini adalah kerabat dari Joko Tingkir. Jadi kisaran Wijil ini ditemukan pada waktu kerajaan Pajang,” katanya.

“Kalau pendapat saya terkait pesugihan di sini itu nggak ada. Adanya orang ritual permintaan, misalnya orang cari derajat diangkat atau kewibawaan atau pelarisan buat dagang di makam Gunung Wijil ini,” kata Juru Kunci Gunung Wijil.

“Kalau mitos tentang pesugihan buto ijo itu sebenarnya nggak ada, setahu. Saya di sini kurang lebihnya 25 tahun. Soal peziarah ada yang datang dari Lampung, Jakarta, Jawa Timur, Jogja, Purwodadi. Biasanya mereka mencari pelarisan, derajat dan kewibawaan,” katanya.

Saat ini lokasi Gunung Wijil sudah mulai diubah pembangunannya oleh pemerintah desa setempat. Sebagian lokasi di bagian bawah bukit mulai dibangun sebagai tempat spot wisata, selfi, pemberdayaan masyarakat dan peningkatan perekonomian warga sekitar. Namun karena masih dalam pandemi covid-19 sehingga lokasi ini masih ditutup sementara.

(Kurniawati Hasjanah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement