Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Cara Mengatasi Kecemasan Orangtua saat Anak PTM

Antara , Jurnalis-Minggu, 14 November 2021 |13:30 WIB
Cara Mengatasi Kecemasan Orangtua saat Anak PTM
Anak PTM ( Foto: Understood)
A
A
A

PSIKOLOG Anak, Self-Growth dan Parenting Coach, Irma Gustiana Andriani menyarankan agar orangtua dapat melakukan langkah “ADAPTASI” kepada anak untuk mengatasi kecemasan saat anak sudah mulai pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.

ADAPTASI sendiri merupakan akronim dari amati, dengarkan, alihkan, pahami, tanyakan, apresiasi, sentuhan, dan ingatkan diri.

 cemas

“Kecemasan itu bisa muncul karena beberapa hal, misalnya terlalu banyak informasi yang dikonsumsi, atau sebaliknya informasi yang dimiliki sedikit, atau memang punya riwayat kecemasan,” kata Irma saat webinar.

Untuk mengatasi kecemasan ketika melepas anak menjalani PTM di sekolah, hal pertama yang perlu dilakukan orang tua adalah mengamati sejauh mana kesiapan anak, mulai dari segi fisik hingga mentalnya.

“Selain itu, amati apakah dia sudah mengerti literasi protokol kesehatan tentang 5M. Kalau misalnya belum bisa dan belum mahir, berarti orang tua ada tanggung jawab untuk memberikan stimulasi atau latihan-latihan berkelanjutan setiap hari. Dan itu semua bisa dilakukan dengan role play atau ajak anak bermain peran,” ujar Irma.

Selanjutnya, dengarkan kebutuhan dan keinginan anak. Irma mengatakan komunikasi dua arah antara orang tua dan anak akan lebih baik apabila diciptakan daripada hanya menuntut anak dengan keinginan orang tua saja.

Selama proses PTM, orang tua juga perlu mengalihkan anak agar tidak terus-terusan berhadapan dengan gadget dengan tetap melakukan aktivitas fisik.

“Fisiknya harus tetap dimaksimalkan. Apalagi yang anaknya masih kecil, aktivitas secara motorik dasar itu harus tetap didapatkan supaya bisa menyeimbangkan kemampuan-kemampuan dia yang lain,” katanya.

Kemudian, pahami situasi dan kondisi anak di saat pandemi agar orang tua dapat lebih realistis terhadap keadaan dengan tidak memaksakan beragam ekspektasi.

“Misalnya, anak-anak yang tadinya sebelum pandemi dan bisa belajar offline nilainya bagus-bagus dan selalu gembira. Lalu sekarang, dia sesekali murung dan belajarnya jadi acak-acakan. Orang tua harus memahami situasi tersebut. Jangan memberikan tekanan yang besar. Memahami ini bisa kita lakukan dengan bertanya kepada anak,” terang Irma.

Menurutnya, pertanyaan-pertanyaan sederhana yang berkaitan dengan perasaan sang anak perlu ditanyakan. Sebagai contoh, tanyakan bagaimana perasaan anak saat kembali ke sekolah, bagaimana perasaan anak saat bertemu dengan teman-temannya, kemudian tanyakan pula adakah yang bisa orang tua bantu.

Tak berhenti sampai di situ, orang tua juga perlu menyampaikan apresiasi atas segala usaha yang telah anak lakukan. Irma mengatakan anak tentu mengalami ketidaknyamanan selama bersekolah saat pandemi, namun pada satu sisi anak juga harus berjuang melewati sehingga dalam perjalanannya dapat muncul konflik-konflik dalam diri sang anak.

“Apresiasi bisa dilakukan salah satunya dengan memberikan sentuhan. Sentuhan bisa mengaktivasi hormon bahagia anak. Bisa usap rambutnya, peluk badannya, itu sebetulnya yang anak-anak inginkan,” katanya.

 Baca juga: Cara Mudah Olah Almond Jadi Penangkal Cemas dan Stres

Terakhir, Irma menekankan orang tua harus selalu ingatkan pada diri sendiri bahwa saat ini sedang diamanatkan untuk menjadi pendamping anak dalam proses pembelajaran, termasuk pembelajaran digital yang tergolong baru.

(Dyah Ratna Meta Novia)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement