Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ini 6 Fakta Tentang Korea Selatan yang Diungkap Lewat Squid Game

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Sabtu, 16 Oktober 2021 |13:25 WIB
Ini 6 Fakta Tentang Korea Selatan yang Diungkap Lewat Squid Game
Boneka Squid Game (Netflix)
A
A
A

Kemiskinan

Siapa pun akan dimaafkan bila mengangkat alis ketika diminta untuk membahas kemiskinan di Korea Selatan. Bagaimanapun, negara Asia itu menempati peringkat ke-23 dalam Indeks Pembangunan Manusia PBB, di atas beberapa negara Eropa seperti Prancis, Italia dan Spanyol.

Tetapi tokoh utama Squid Game, Gi-hun, telah dipecat oleh perusahaan fiktif bernama Dragon Motors, memiliki dua usaha yang gagal, tinggal bersama ibunya yang sakit, dan tidak mampu membelikan putrinya hadiah ulang tahun yang layak.

Karakternya adalah contoh dari sosok "pekerja gagal" yang tidak bisa mengangkat dirinya keluar dari kemiskinan.

Dalam Indeks Gini, yang mengukur distribusi kekayaan di suatu negara, Korea Selatan mendapat hasil yang lebih baik daripada beberapa negara Nordik dan bahkan AS. Jadi mengapa kemiskinan menjadi tema serial ini?

Barangkali karena ketimpangan sedang meningkat di negara Asia itu. Sekitar 20% orang dengan pendapatan terbesar di Korea Selatan memiliki kekayaan bersih 166 kali lebih besar dari 20% orang dengan pendapatan terendah.

Data-data dari Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menunjukkan bahwa hampir 17% dari lebih dari 51 juta orang di Korea Selatan hidup dalam kemiskinan sebelum pandemi Covid-19 melanda.

Ilustrasi

Banyak dari mereka tinggal di bilik perumahan sempit yang disebut Goshitels dan Goshiwon, beberapa lebarnya tidak sampai 2 meter. Beberapa generasi dari satu keluarga dapat tinggal berjejalan di satu apartemen.

Namun bahkan orang-orang yang lebih berada pun sedang kesusahan: utang rumah tangga di Korea Selatan sekarang bernilai lebih dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara itu - tingkat tertinggi di seluruh Asia.

Eksploitasi migran

Salah satu karakter Squid Game yang paling menawan adalah Ali, seorang migran dari Pakistan yang bekerja sebagai buruh pabrik dan ikut bermain setelah bosnya di Korea Selatan tidak membayar upahnya selama berbulan-bulan, memaksanya untuk meninggalkan istri dan anaknya yang masih bayi.

Orang Pakistan bukanlah salah satu populasi imigran terbesar di Korea Selatan, tetapi latar belakang Ali menyoroti rutinitas kerja keras dan eksploitasi yang dialami beberapa pekerja asing di negara itu.

Meskipun pihak berwenang Korsel telah mengeluarkan undang-undang perlindungan tenaga kerja dalam dua dekade terakhir, banyak pekerja migran yang masih mengalami kondisi memprihatinkan, menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement