Terkait warga yang masih melakukan kegiatan menyedot pasir. Menurut Amir, pihaknya masih memberikan ruang namun lokasinya di relokasi ke sebelah Utara di sekitar kali.
"Sejak adanya kita buka destinasi ini, Alhamdulillah jumlah warga yang menggantungkan hidup dari tambang pasir sudah berkurang drastis. Paling ada sekarang enggak banyak, bisa di hitung dengan jari. Ini karena warga sudah banyak beralih profesi berjualan, menyewakan perahu dan menjadi penjaga pintu masuk loket," terang Amir.
Sementara itu, Ketua BUMDes Karya Mandiri Sedau, Usman Jayadi membenarkan keberadaan wisata alam setempat telah merubah paradigma warga sekitar yang sebelumnya berprofesi menyedot pasir, kini telah menjadi penjaga dan pengelola destinasi setempat.
"Alhamdulillah, ada sekitar 20 orang anak muda yang kita pekerjakan disini. Meraka adalah karyawan BUMDes dan juga anggota Pokdarwis yang setiap harinya stand by menjaga lokasi ini,” kata Usman.
(Foto: Instagram/@desawisata_sedau)
Ia berharap dengan telah mulai banyaknya pengunjung di wilayah setempat. Intervensi dari Pemprov NTB melalui Dinas Pariwisata setempat bisa optimal diberikan. Mengingat, bantuan yang ada baru sebatas alat kebersihan yang diberikan oleh Pemkab Lombok Barat melalui Dinas Pariwisata setempat. Sementara dari bantuan provinsi belum ada.
"Kalau dari provinsi belum sama sekali. Makanya, kami butuh perhatian dari provinsi, khususnya bagaimana teknik memasarkan distinasi desa ini menjadi lebih terkenal lagi. Tentunya, kami butuh pelatihan IT bagi para pemuda desa. Sebab, semua dana pengembangan desa wisata Gunung Jae ditopang oleh Dana Desa," terangnya.
Ke depan, pihaknya bersama pihak desa berencana akan menambah fasilitas di tempat itu, seperti membangun pondok-pondok sebagai lokasi penginapan. Kemudian musala yang lebih permanen, restoran dan perahu. Termasuk fasilitas untuk meeting room.
(Rizka Diputra)