Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Wajib Waspada jika Alami Nyeri Pinggang Lebih dari 1 Jam Setiap Pagi

Antara , Jurnalis-Senin, 01 Februari 2021 |08:15 WIB
Wajib Waspada jika Alami Nyeri Pinggang Lebih dari 1 Jam Setiap Pagi
Ilustrasi nyeri pinggang. (Foto: Shutterstock)
A
A
A

NYERI pinggang lebih dari 1 jam setiap pagi ternyata membahayakan kesehatan tubuh. Para ahli mengimbau orang yang mengalami nyeri pinggang setiap pagi lebih dari 60 menit dengan gejala kaku, terutama saat bangun tidur, untuk mewaspadai kemungkinan gejala awal nyeri pinggang inflamasi, apalagi jika itu terjadi selama hingga tiga bulan.

Dokter spesialis ilmu penyakit dalam divisi reumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran-RS Hasan Sadikin Bandung, Laniyati Hamijoyo, mengatakan penderita nyeri pinggang bisa juga terbangun di malam hari karena rasa sakit atau bangun pagi dengan kondisi pinggang terasa pegal.

Baca juga: Jangan Keburu Minum Obat, Nih 5 Makanan untuk Pereda Rasa Nyeri 

"Ketika digerak-gerakkan membaik, kalau munculnya pelan-pelan umumnya pada orang muda berusia di bawah 45 tahun, kalau diberi obat antinyeri membaik, tetapi kalau setop obatnya sakit lagi. Kalau nyeri pinggang karena inflamasi nyerinya lebih dari 60 menit," jelasnya dalam webinar 'Ada Bambu di Punggungku: Periksakan Dini Nyeri Pinggang Sebelum Memburuk', seperti dikutip dari Antara.

Kondisi ini berbeda dengan nyeri pinggang pada umumnya (mekanik) yang biasanya berlangsung kurang dari 45 menit dan dialami orang berusia 20 sampai 65 tahun.

Nyeri pinggang inflamasi juga disertai gejala lain seperti mata merah, bercak merah di kulit, diare kronis, artritis, sakit di tumit pada pagi hari, jari-jari bengkak, serta sakit dan nyeri di tumit bagian belakang.

"Tanda-tanda ini harus kita cari. Kalau ada tanda-tanda ini, biasanya berhubungan dengan suatu spondiloartritis. Kalau lebih lama dibiarkan lalu susah gerakkan leher atau bersandar di tembok kepala tidak bisa menempel lagi, itu harus hati-hati," imbau dr Lani.

Ilustrasi nyeri pinggang. (Foto: Shutterstock)

Baca juga: Rasa Nyeri Akibat Keseleo Tak Kunjung Hilang? Jangan Anggap Sepele! 

Dokter spesialis penyakit dalam divisi reumatologi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Cipto Mangunkusumo, Rudy Hidayat, menuturkan nyeri pinggang inflamasi bisa berkembang menjadi ankilosing spondilitis (AS) yang merupakan kondisi tersering spondiloartritis.

Spondiloartritis yakni nyeri pada sendi sakroiliaka, tulang punggung bawah atau sendi anggota gerak bawah yang bersifat kronik dan disertai manifestasi lain. Kondisi ini juga bisa dialami anak-anak. Gejalanya mencakup mata merah, nyeri sendi, lutut atau pinggang.

Sementara gejala khas AS yakni nyeri pinggang inflamasi, seperti ada bambu di punggung atau bamboo spine yang membuat penderita tidak bisa menggerakkan bagian leher hingga pinggang.

"Kalau bisa jangan sampai terbentuk bamboo spine atau leher hingga pinggang tak bisa digerakkan karena seringkali sudah tidak bisa ditarik mundur (pulih)," ungkapnya.

Baca juga: Menkes: Dalam 12 Bulan Diharapkan 70% Rakyat Indonesia Selesai Divaksin 

Nyeri pinggang inflamasi apalagi jika sudah masuk AS yang tak ditangani bisa menyebabkan penderita mengalami patah tulang di tulang belakang maupun tulang lain karena peradangan yang tak terkendali.

Efek jangka panjang lainnya antara lain: risiko penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat karena memicu aterosklerosis atau pembuluh darah menyempit, penyumbatan pembuluh darah yang bila terjadi di koroner bisa menyebabkan serang jantung, sementara di otak dapat memicu stroke.

"Ini bisa terjadi bisa kita tidak mengendalikan peradangan yang sebenarnya bukan hanya di tulang belakang, tetapi sistemik sehingga memberikan efek termasuk ke pembuluh darah yang alami penyempitan," paparnya.

Selain itu, penyakit ini juga bisa memicu sindrom lain, termasuk nyeri di bagian otot yang berujung makin buruknya kualitas hidup pasien.

Pemeriksaan dan Terapi

Pemeriksaan radiografi dan MRI bisa membantu menegakkan diagnosis nyeri pinggang inflamasi termasuk AS yang biasanya baru terdeteksi 8 sampai 12 tahun setelah munculnya gejala awal.

"Pasien harus ditemukan ketika di-rontgen belum kelihatan untuk mencegah penyakit tidak berkembang sampai terbentuk bamboo spine atau leher hingga pinggang tak bisa digerakkan. Entry poinnya back pain yang inflammatory," tutur dr Rudy.

Baca juga: Kram Menstruasi Bisa Diredakan dengan 3 Posisi Tidur Ini Lho 

Sebelumnya, pasien bisa mengidentifikasi beberapa kondisi melalui pertanyaan; apakah nyeri pinggang telah berlangsung selama lebih dari tiga bulan?; apakah nyeri pinggang muncul saat berusia di bawah 45 tahun?

Kemudian, apakah nyeri tersebut muncul secara bertahap?; apakah nyeri tersebut membaik apabila Anda beraktivitas?; apakah nyeri tersebut memburuk apabila Anda duduk lama atau beristirahat?; apakah nyeri sering muncul pada malam hari?

Apabila mayoritas jawaban dari pertanyaan tersebut adalah 'Ya', pasien sangat disarankan untuk menemui spesialis, khususnya ahli reumatologi, guna mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Dokter Rudy mengatakan pemberian terapi yang tepat bisa membantu mengendalikan nyeri serta gejala lain yang dirasakan oleh pasien.

Sebelum terapi, pasien perlu menerapkan pola hidup yang sehat, seperti mengurangi atau berhenti merokok; menjaga berat badan ideal; mengonsumsi makanan yang bergizi; melakukan olahraga ringan sesuai dengan anjuran dokter; fisioterapi untuk mengurangi nyeri dan menjaga fleksibilitas tulang belakang serta sendi-sendi yang mengalami peradangan.

"Obat-obatan bagian dokter. Datang ke dokter untuk berkonsultasi agar mendapatkan terapi yang terbaik," kata dia.

Baca juga: Ini Cara Penerapan Karantina RT/RW untuk Hentikan Persebaran Covid-19 

Terapi sederhana yang bisa dilakukan antara lain posisi seperti duduk bersandar di tembok untuk melatih otot paha dan tulang belakang, posisi seperti push-up disanggah dengan siku untuk memperkuat otot dan tulang belakang.

Kemudian mencoba berdiri dengan kaki di tekuk ke belakang; latihan bahu dan leher dalam posisi duduk, tidur, dan berdiri untuk melatih fleksibilitas; berjalan dan bergerak sebanyak mungkin demi menjaga fleksibilitas sendi.

Khusus untuk bagian tulang punggung, pasien bisa mencoba latihan bernapas dalam untuk mencegah kekakuan di punggung.

(Hantoro)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement