PADA awal masa pandemi virus corona atau Covid-19 di Indonesia, banyak masyarakat yang berjemur untuk meningkatkan imunitas tubuh. Tak sedikit dari mereka yang rela terpapar cahaya matahari dengan waktu yang cukup lama.
Meski demikian, efektivitas dari berjemur cahaya matahari masih sangat terbatas. Terbukti dengan banyaknya kasus Covid-19 di Indonesia.
Masyarakat perlu mengetahui, studi yang dilakukan oleh pemodel ekologi di University of Connecticut, memahami bahwa sinar ultraviolet dapat mengubah sel kulit manusia menjadi sel kanker.
Hal ini terjadi karena energik dari spektrum elektromagnetik matahari yang terkenal merusak DNA dan juga mampu membunuh virus.
"Kami menemukan bahwa sinar ultraviolet paling kuat terkait dengan tingkat pertumbuhan Covid-19 yang lebih rendah," tulis para ilmuwan dalam salah satu publikasi, melansir dari New York Times, Sabtu (26/9/2020).
Proyeksi efek secara keseluruhan menunjukkan bahwa penyakit akan menurun selama musim panas, dan kembali meningkat pada musim dingin berikutnya. Tetapi para peneliti memperingatkan bahwa ketidakpastian tentang studi ini masih tetap tinggi.
Komite dari National Academy of Sciences melihat secara eksklusif pada kelembapan serta suhu dan menemukan bahwa mereka akan berdampak minimal pada virus. Presiden Trump juga sempat menyoroti penelitian di Departemen Keamanan Dalam Negeri.
Mereka menemukan bahwa sinar matahari dan disinfektan seperti pemutih dan alkohol dapat membunuh virus korona di permukaan hanya dalam 30 detik. Para ilmuwan kehidupan telah lama menyadari bahwa matahari mengancam kelangsungan hidup banyak mikro-organisme.

“Sinar matahari membunuh sebagian besar mikroba patogen dengan cukup cepat,” tutur John Postgate, seorang ahli mikrobiologi Inggris. Ia sempat membuat tulisan pada dua dekade lalu dalam buku berjudul ‘Mikroba dan Manusia’ yang diterbitkan oleh Cambridge University Press.
“Komponen ultraviolet dari radiasi matahari. Lampu ultraviolet dapat digunakan di dalam ruangan untuk mensterilkan udara di ruang operasi dan laboratorium farmasi dan mikrobiologi. Bahkan di siang hari yang menyebar, ada cukup banyak cahaya dari panjang gelombang efektif," lanjutnya.
Baca juga: Eksperimen Ini Buktikan Handuk Bersih pun Punya Banyak Bakteri