Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Pernah Dipaksa Jadi Akuntan, Ibu Milenial Ini Bebaskan Anaknya Gapai Cita-citanya

Wilda Fajriah , Jurnalis-Sabtu, 05 September 2020 |09:00 WIB
Pernah Dipaksa Jadi Akuntan, Ibu Milenial Ini Bebaskan Anaknya Gapai Cita-citanya
Ibu dan anak (Foto: Summerhill homes)
A
A
A

Generasi milenial merupakan orang-orang yang lahir sekitar tahun 1980-1995. Saat ini, sebagian besar generasi milenial telah menikah dan memiliki anak.

Generasi milenial ini juga dikenal sebagai generasi yang boros, menyukai hal instan, serta tak ingin dikekang alias suka kebebasan. Karena itu, sepertinya generasi milenial akan menerapkan hal yang sama kepada anaknya.

 ibu dan anak

Seperti seorang ibu muda berusia 30 tahun yang bernama Lili. Perempuan kelahiran 1990 ini telah menikah pada 2012 ini telah dikaruniai seorang anak berusia 5 tahun.

Salah satu hal yang ingin Lili terapkan adalah memberikan kebebasan kepada anaknya untuk meraih cita-cita sesuai passion yang dimiliki putrinya. Walau sang anak baru berusia 5 tahun, namun Lili sudah memikirkan masalah tersebut.

"Jadi dulu itu aku punya cita-cita ingin bekerja di dunia kreatif. Tapi orangtua selalu memaksa aku untuk menjadi seorang akuntan. Akhirnya aku pasrah, padahal aku enggak suka main hitung-hitungan," tuturnya saat dihubungi Okezone belum lama ini.

Saat itu, Lili berharap kepada orangtua agar memahami keinginannya yang memiliki bakat di dunia seni, bukan akuntansi. Namun sang ayah ingin membuat Lili memiliki pekerjaan seperti dirinya yakni seorang akuntan.

"Karena setiap orang pasti punya minat yang berbeda kan? Enggak pintar matematika bukan berarti si anak bodoh, mungkin saja dia bakatnya di bidang lain. Tapi dulu orangtua enggak mau memahami. Makanya aku enggak mau menerapkan hal yang sama kepada anakku," ujarnya.

Menurutnya, menuntut sesuatu di luar batas kemampuan anak hanya akan membuat anak tertekan. Kecuali jika memang si anak memiliki passion yang sama dengan orangtua.

"Memaksakan kehendak itu sama saja meninggalkan beban kepada anak. Masih kecil tapi sudah dituntut berbagai hal yang sebenarnya cuma akan membuat si anak depresi. Kita enggak pernah tahu lho apa yang akan dilakukan anak di luar sana ketika mereka depresi. Karena mereka pasti menyembunyikan hal itu dari orangtua," jelasnya.

Lili mengatakan, ia akan menghargai keputusan anaknya untuk menggapai cita-cita sesuai passion. Lili percaya bahwa jika ia memberikan kebebasan pada anak, maka anak pun akan menghargai orangtuanya.

"Selama hal itu positif sih aku pasti dukung kok, aku pasti kasih kebebasan ke anak. Dengan begitu aku yakin anak-anak juga akan lebih menghargai aku sebagai orangtuanya. Keluarga harmonis itu keluarga yang bisa saling menghargai kan," pungkas perempuan asal Bandung itu.

(Dyah Ratna Meta Novia)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement