Agus menjelaskan, rapid test memiliki kelemahan, yakni bisa menghasilkan false negative ketika hasil tes tampak negatif meski sebenarnya positif. Ini terjadi jika rapid test dilakukan kurang dari 7 hari setelah terinfeksi.
"Padahal antibodi kan diperiksa belum tentu terbentuk atau bahkan tidak terbentuk sehingga tidak terdeteksi," terangnya.
Jadi bisa saja seseorang terinfeksi hari ini kemudian belum muncul gejala. Karena berdasarkan teori muncul antibodi itu pada hari ke-7 hingga hari ke-10.
"Di antara hari ke 0 hingga ke 7 seseorang terinfeksi tidak akan terdeteksi antibodi, sehingga menjadi false negatif itu kekurangannya," jelas dia.
(Dewi Kurniasari)