Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Flu Babi, Wilayah NTT Jadi Populasi Ternak Paling Besar

Leonardus Selwyn Kangsaputra , Jurnalis-Kamis, 09 Juli 2020 |18:00 WIB
Flu Babi, Wilayah NTT Jadi Populasi Ternak Paling Besar
Ilustrasi. (Freepik)
A
A
A

MASYARAKAT Indonesia kembali dihebohkan dengan kabar adanya virus G4 EA H1N1 (flu babi jenis baru) yang dikonfirmasi di China. Seperti diketahui, virus G4 adalah subtipe dari virus flu babi yang biasa dikenal dengan H1N1 berdasarkan hasil serologis.

Virus ini pernah menjadi pandemi pada 2009 dan menyerang banyak manusia di seluruh dunia. Tentunya kehadiran virus flu babi baru ini menyebabkan kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Terlebih pada saat ini, masyarakat dunia menghadapi krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19.

Menjawab kekhawatiran tersebut, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Ditjen PSP, dr Siti Nadia Tarmizi, M.Epid mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam mengonsumsi bahan makanan yang bersumber dari daging ternak maupun hewan liar. Karena 80 persen penyakit yang ada pada manusia berasal dari hewan.

“Jadi harus diperhatikan mengolah makanan dengan baik itu akan membuat penularan dari hewan ke pengonsumsinya. Terlebih adanya kebiasaan yang meyakini kalau manusia memakan dan meminum bagian dari satwa liar seperti ular, kelelawar akan menambah daya tahan tubuh,” ujar dr. Siti, dalam Jumpa Pers Online bersama Kemenkes RI, Kamis (9/7/2020).

flu babi

Baca Juga: Flu Babi Bakal Jadi Pandemi Layaknya Covid-19, Kok Bisa?

Dokter Siti mengatakan kebiasaan masyarakat memakan satwa liar ini jauh lebih berisiko daripada makan hewan ternak. Oleh sebab itu, ia mengimbau masyarakat agar mengolah makanan dengan baik.

Terkait dengan virus G4 yang berasal dari babi, dr. Siti mengatakan bahwa hewan ternak yang berada di peternakan besar berpotensi besar untuk membawa penyakit baru tersebut. Menurut data yang diperolehnya saat ini, ada sekira 7 juta babi yang ada di Indonesia.

“Kalau informasi dari Kementerian Pertanitan (Kementan) dikatakan sama dengan asumsi jumlah keluarga karena memelihara sekira 2-3 ekor babi. Populasi paling besar di Nusa Tenggara Timur (NTT) yakni 2,5 juta ekor yang berasal dari peternakan,” tuntasnya.

(Dewi Kurniasari)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement