VIRUS corona COVID-19 tak pandang bulu, siapa saja bisa terinfeksi olehnya. Tak hanya yang sakit parah, ibu hamil pun dapat diserangnya.
Seperti yang dialami Nunki Herwanti, warga Sekaran Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah. Bercerita pada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Nunki menjelaskan, dirinya kini tengah hamil 20 minggu atau sekitar 5 bulan.
Ia pun tak menyangka kalau bisa terpapar virus corona COVID-19. Sebab, gejala yang selama ini diterangkan pemerintah dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tak dialami Nunki.
Lebih lanjut, ia mengaku tak melakukan perjalanan luar kota maupun luar negeri, tak berkerumun juga, jadi kegiatan sehari-hari hanya antar-jemput anak.
"Jadi, tidak ada kontak fisik dengan sipapun, palingan cuma ketemu tukang sayur keliling buat berbelanja," ungkapnya di depan Ganjar melalui video call. Video mereka berdialog pun dapat diakses publik di Channel Youtube Ganjar Pranowo.
Nunki yang merupakan istri dari seorang dokter ini pun menegaskan, dirinya benar-benar tak melakukan kontak fisik dengan orang lain, sekalipun di sekolah anaknya. Hal ini bisa terjadi karena anaknya baru pindah sekolah, sehingga belum begitu dekat dengan orangtua murid lain.
Menjadi pertanyaan banyak orang di luar sana adalah apa yang sebenarnya dialami pasien COVID-19? Nunki pun terbuka masalah ini. Pada Ganjar, ia bercerita kalau gejalanya hanya batuk dan pilek setiap bangun tidur. Kejadian ini terjadi mulai 16 Maret 2020.
Sesak napas yang menjadi gejala lain COVID-19 pun tak dialami di awal. Namun, di hari keempat, sesak napas tersebut muncul, meski tidak setiap saat mengalami kesulitan bernapas. "Sesaknya nggak sepanjang hari. Jadi, kalau habis minum air hangat, ya, napasnya normal kembali," ungkap Nunki.
Sesak napas yang dialami dapat dijelaskan, ketika bernapas agak berat. Ini terjadi karena batuk yang dialami Nunki sudah masuk pada batuk berdahak, sehingga pernapasan pun jadi terganggu.
Meski mengalami sesak napas, Nunki mengaku tak merasa nyeri dada, nyeri saat menelan pun tak ada.
Dengan gejala yang ia miliki tersebut, Nunki pun memposisikan dirinya sebagai pasien COVID-19, sehingga dirinya mulai menjaga jarak dengan anggota keluarga, termasuk dengan dua anaknya.
"Saya tahu ini bukan flu biasa, bukan masuk angin. Tapi anehnya, demam tak ada. Nah, di hari kelima malam demamnya muncul. Terus, hari keenam pagi, demam tetap bertahan di tubuh," tuturnya.
Nunki punya alasan juga kenapa dirinya memposisikan diri sebagai pasien COVID-19 meski belum melakukan tes swab. Ia menjelaskan, tak ingin lengah dan tidak ingin anak dan suaminya tertular penyakit yang sedang dialami.
Kebingungan dia dari mana asal virus corona COVID-19 yang mungkin tengah menginfeksi tubuhnya pun akhirnya sedikit terbuka. Momen itu terjadi ketika suaminya yang merupakan dokter memberitahu bahwa rekan kerjanya, suster laki-laki dinyatakan positif COVID-19.
"Setelah dengar kabar ini, saya langsung mikir, oh mungkin saya tertular suami yang sebelumnya memiliki kontak dengan suster laki-laki di tempat kerjanya," ungkap Nunki.
Sampai akhirnya di hari keenam Nunki pun datang ke UGD untuk melakukan tes darah dan didapati hasil adanya infeksi dalam tubuh. Di Minggu 22 Maret 2020, Nunki dan suami menjalani tes swab COVID-19 pertama kali dan hari berikutnya tes swab lanjutan.
Hasil pemeriksaan laboratorium pun keluar seminggu setelahnya. Kabar itu ia terima melalui pesan WhatsApp dari Direktur Pelayanan Medik RSUP Kariadi Semarang pada Senin 30 Maret 2020 dini hari. Namun, Nunki baru membaca pesan itu pada esok paginya.
Saat menerima pesan itu, ia mengaku kondisi kesehatannya sudah jauh lebih baik. Demam dan sesak napasnya tak ada, walau masih ada sedikit batuk. "Oh saya positif COVID-19, oke," responsnya. Suami Nunki negatif.
Setelah itu, ia langsung menelepon Dinas Kesehatan Semarang, sebagai bentuk tanggung jawab pribadinya. Tak berhenti di situ, Nunki pun segera menelepon Puskesmas di daerahnya untuk melaporkan status COVID-19-nya. Pihak Puskemas pun meminta izin untuk datang ke rumah, namun Nunki menolaknya.
"Mereka mau minta data. Saya enggak mau menularkan ke mereka, jadi saya beri saran via WhatsApp saja. Lagipula, petugas puskesmas yang mau datang katanya 7 orang, banyak banget, buat apa?" tuturnya sedikit tertawa.
Sampai akhirnya, esok hari, petugas puskesmas akhirnya datang tapi jumlahnya jadi tiga orang saja. Satu tim laboratorium, dua memang pihak puskesmasnya. Petugas ini yang ternyata mengambil darah kedua anak Nunki plus keluarga kakak iparnya. "Semua negatif," ucapnya.
Selain itu, ia pun langsung memberi tahu kepala paguyuban lokasi kediamannya. Setelah melapor, Nunki tak menyangka responsnya luar biasa. Tetangga mendukung.
"Tetangga Alhamdulillah support, bahkan sampai detik ini mereka ngirimin makanan ke rumah seperti sembako, roti, kue, makanan ringan anak-anak, gula, telur, buah berkilo-kilo. Rumah udah kayak toko," cerita Nunki bersemangat.
Padahal, setelah melapor ke ketua paguyuban, ibu hamil ini sudah siap dengan sikap tidak menerimanya tetangga atau diskriminasi. "Tapi ternyata 180 derajat berbeda. Semua tetangga support, wah, bersyukur banget," tambahnya.
Jika dirunut dari awal, sumber virus corona COVID-19 yang dimiliki Nunki masih belum terpecahkan. Sebab, suaminya negatif, anak-anak dan saudara negatif, tidak melakukan kontak dengan orang, tak ada perjalanan luar kota pun luar negeri. Lantas, dari mana Nunki memiliki virus mematikan ini?
Pada Ganjar, dia coba menduga kalau vrius corona COVID-19 yang ada di tubuhnya berasal dari tukang sayur keliling komplek. Dugaan ini muncul karena Nunki hanya bertemu dengan pedagang sayur ini.
"Kalau nebak-nebak, karena setiap hari saya bertemu dengan tukang sayur, ada kemungkinan dari beliau-beliau, karena enggak cuma satu tukang sayur," ungkapnya.
Apa alasannya? Menurut Nunki, para pedagang sayur ini kan masih berinteraksi di pasar dengan banyak orang. Mereka pun menjajakan barang bertemu dengan puluhan orang yang status kesehatannya nggak diketahui. Jadi, kemungkinannya di situ.
"Jadi, ya, mungkin saat dia mengambil barang dagangan saya, dia megang plastiknya, atau uang kembalian," sambungnya. "Ya, mungkin saya kecolongan di sini," singkat Nunki.
(Dewi Kurniasari)