RAPID test mulai digunakan untuk mendeteksi dini pasien virus corona COVID-19. Namun belum banyak orang paham dengan kegunaannya dan rapid test pun jadi perdebatan.
Dokter Tirta, pakar medis sekaligus influencer pun menjelaskan lebih lanjut kegunaan rapid test. Dokter Tirta menegaskan, rapid test kegunaannya hanya sebagai alat skrining untuk mendeteksi awal COVID-19.

"Rapid test merupakan sebuah alat screening, bukan alat diagnosa," ungkapnya lewat laman Instagram @dr.tirta.
Dia menambahkan, rapid test juga hanya diutamakan untuk tenaga medis, relawan dan orang dengan pengawasan (ODP). Selain tiga kategori itu lebih baik tidak usah heboh ingin menjajalnya.
Dokter Tirta juga menjelaskan metode penggunaan rapid test. Rapid test, menurutnya, dipakai untuk mengecek ada atau tidaknya antibodi SARS Cov 2 atau virus penyebab COVID-19.

"Alat ini hanya screening, false negatif masih ada. Misalnya saya gejala batuk, day 3 saya dicek pake alat ini, jika negatif, bukan berarti saya bebas COVID-19. Tapi antibodyi belum muncul," bebernya.
Saat mengalami kondisi seperti itu, sambung Dokter Tirta, seharusnya pasien menunggu masa inkubasi 7 hari. Jika tidak bergejala, tinggal menjaga diri dan pakai masker.
"Kalau dalam 7 hari bergejala parah, ya brarti tes pakai PCR (pcr itu alat diagnosanya)," imbuhnya.
Selain itu, saat hasilnya negatif, pasien diminta untuk berpikiran positif dan tetap menggunakan masker, serta tidak kontak dengan orang lain di sekitar.
"Saat 7 hari batuk hilang dan enggak ada demam. Jadi enggak perlu cek PCR (swabtest)," pungkasnya.
(Dewi Kurniasari)