Lebih lanjut Helga menjelaskan, menurut penelitian, rata-rata perempuan yang berprofesi sama dengan pria, gajinya justru lebih rendah. Begitu pula saat para pengusaha perempuan hendak mencari dana ke investor.
Valuasi perusahaan yang dipimpin oleh seorang pria jauh lebih tinggi dibanding perusahaan yang dipimpin perempuan. Dalam arti lain, perusahaan yang memiliki CEO pria jauh lebih mungkin mendapatkan investasi. Padahal dari segi performa bisa saja sama.
"Memang ada bias-bias seperti itu. Karena aku udah aware, jadi persiapannya lebih ekstra aja," ucapnya.
Kendati demikian, Helga menegaskan tidak semua investor memiliki karakteristik yang sama. Namun berkat pengalaman tersebut, dia mulai menyadari gender bias di dunia bisnis itu benar-benar nyata adanya.
Di Indonesia sendiri permasalahan gender bias di dunia kerja sebetulnya mulai membaik. Buktinya kini semakin banyak orang yang mengangkat isu tersebut. Tak sedikit pula pria yang ikut dalam pergerakan atau movement tentang woman empowerment.
"Tapi menurut aku ya masih lumayan jauh kalau kita ngomongin gender balance sama yang di Eropa. Masih sangat jauh, tapi kita sudah menuju arah ke sana," tutupnya.
(Abu Sahma Pane)