BANJIR Jakarta yang terjadi berulang kali, membuat masyarakat harus khawatir dengan banyaknya ancaman penyakit. Salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD) yang mudah mengancam nyawa.
Banyak titik-titik banjir Jakarta yang kondisinya semakin mengkhawatirkan. Misalnya di media sosial pun memperlihatkan kondisi sampah menumpuk akibat banjir Jakarta itu.
Kondisi seperti itu menjadi ancaman serius munculnya penyakit demam berdarah loh. Dalam kondisi lembap, kotor, serta genangan banjir, membuat nyamuk akan sangat mudah hidup di sana. Faktor itulah memperkuat risiko penularan demam berdarah.

Seperti yang dijelaskan Praktisi Kesehatan Prof Dr dr H Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, masalah banjir memberi dampak nyata pada risiko penyakit demam berdarah.
"Banjir meningkatkan beberapa risiko penyakit, salah satunya demam berdarah. Hal ini karena penyakit yang dibawa oleh vektor penyakit, misalnya Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) yang dibawa melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti," terangnya pada Okezone melalui pesan singkat, Rabu (26/2/2020).
Kementerian Kesehatan sebelumnya memberikan peringatan kepada masyarakat untuk mencegah DBD. Menurut data Kementerian Kesehatan, dari Januari hingga 16 Februari, telah ada 7.079 kasus yang ditangani.

Sesditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Achmad Yurianto mengatakan, masyarakat mulai lengah dengan ancaman DBD. Terlebih dalam kondisi banjir yang meluas.
"Saya lihat bahwa demam berdarah ini bahkan ada kematiannya," katanya, ditemui di Gedung Kemenkes, belum lama ini.
Yuri mengingatkan agar masyarakat melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di rumah maupun di lingkungan sekitar.
Hal ini dilakukan meminimalisir perkembangbiakan nyamuk, yang bisa saja menjadi sumber penyebar virus demam berdarah.
PSN adalah sebuah gerakan pemberantasan sarang nyamuk dengan melakukan 3M Plus. 3M Plus terdiri dari menguras/membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain.
(Dewi Kurniasari)