"Akan lebih mudah jika dilakukan dengan cara yang baik dan perlahan-lahan tanpa tanda seru," kata Mei.
Artinya, jangan ada tekanan suara seolah itu perintah. Karena dengan begitu anak akan merasa terancam dan mengakibatkan anak memilih melakukan kebalikan dari yang diperintahkan.
"Jadi akan lebih mudah ketika meminta anak melakukan apa yang diperintahkan dengan cara halus, misalnya 'kalau adik mandi lebih cepat mama akan senang sekali'," sambungnya.
Lantas, bagaimana bila anak sudah terlanjur memiliki karakter yang keras, akibat trauma yang dia alami di masa lalu? Mei mengatakan, sudah menjadi tanggung jawab orangtua untuk meminta maaf secara tulus kepada anak-anak mereka.
"Pertama, bisa minta maaf. Sampaikan kalau Anda benar-benar menyesal telah menyakiti perasaan mereka," katanya.
Lalu, berjanjilah kepada mereka bahwa Anda tidak akan melakukan hal itu di masa yang akan datang. Lakukanlah sambil menatap mata dan menyentuh tubuh anak.
(Dewi Kurniasari)