Berkembang Pesat, Potensi Wisata MICE Bisa Dikembangkan Milenial
Kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition) jadi salah satu peluang besar yang dapat dikembangkan dalam sektor pariwisata. Sayangnya, kegiatan seperti itu kurang dilirik oleh banyak masyarakat.
Kegiatan MICE atau event di Indonesia ini diklasifikasikan beberapa jenis. Misalnya event berskala besar, menengah atau kecil, dan personal. Event besar yang selama ini terselenggara antara lain, festival konser musik, pameran, liga olah raga, dan event internasional.
Adapun event menengah dan skala kecil, seperti pentas seni (pensi) sekolah, workshop, konferensi, konser musik, reuni tahunan sekolah, dan event olah raga tahunan.
Wakil Ketua Forum Program Studi MICE di Universitas Podomoro Santi Palupi mengatakan, perkembangan MICE saat ini dinilai maju pesat. Siapapun bisa untuk menjadi wirausaha bidang event yang besar dampaknya. "Dari beberapa penelitian ilmiah misalnya, kaum milenial khususnya di Jakarta, cenderung menyukai special event, khususnya lifestyle event, seperti exhibitions dan lain sebagainya," ujarnya.
Vice President of Marketing Loket.com Mohamad Ario Adimas menambahkan, sampai saat ini, jenis event menengah menguasai pasarnya di Indonesia. Sedangkan event yang sifatnya personal, meski tak sebanyak event menengah yang selalu ada sepanjang tahun.
“Data penjualan tiket tahun 2017 ke 2018, pertunjukkan musik naik 500%, MICE naik 225%, lalu sport ada di 250%, sehingga industri event itu prospeknya besar sekali," tutur pria yang akrab disapa Bayu itu.
Dari data yang terkumpul di perusahaan pengelola event, tercatat event skala besar berkisar antara 300 hingga 400 kegiatan dalam setahun. Secara keseluruhan, dilihat dari industri hiburan, tahun 2018 tercatat lebih dari 5.000 event, terdiri dari 360 penayangan film dan 100 event per minggu.
Menurutnya, pertumbuhan ini ditunjang oleh penerapan teknologi, karena saat ini semakin banyak orang mengakses kegiatan event dari smartphone. Bayu pun mengajak para mahasiswa Program S1 Event Universitas Prastiya Mulya, agar menjadi eventpreuner yang melek teknologi.
"Dengan teknologi digital terintegrasi, seorang eventpreneur harus bisa menganalisa segala informasi yang mengungkapkan pengalaman," pungkasnya.
(Helmi Ade Saputra)
