POLEMIK menentang RUU KUHP baru yang akan ditetapkan sedang menjadi sorotan masyarakat Indonesia. Namun tahukah Anda bahwa gedung DPR yang digunakan sebagai tempat pembuatan RUU KUHP menyimpan sebuah fenomena mistis di dalamnya?
Seperti diketahui belum lama ini cerita hantu yang berada di lantai tujuh Gedung Nusantara satu telah banyak diperbincangkan. Konon katanya terdapat sosok perempuan berpakaian merah yang kerap muncul di gedung DPR.
Tak hanya menampilkan wujudnya, hantu wanita berpakaian merah itu pun kerap mengganggu karyawan di gedung DPR tersebut. Beberapa di antaranya seperti mesin print yang berbunyi dan bergerak dengan sendirinya, hingga suara yang memanggil-manggil nama.
Melihat hal tersebut, Pakar Spiritual Mbah Mijan pun memberikan tanggapannya perihal sosok wanita berbaju merah yang menghuni gedung DPR. Ia mengatakan bahwa sosok ghaib berpakaian merah memang menghuni tempat tersebut.
“Diakui atau tidak, Ghaib itu ada bahkan penghuninya ada di sekitar kita dan tergantung kita cara menyikapinya saja. Soal Perempuan berbaju merah, menurut mata batin saya memang benar,” ungkap Mbah Mijan, saat dihubungi Okezone.
Lebih lanjut pria bernama asli Samijan tersebut mengatakan bahwa sosok ghaib sebenarnya bisa berada dimana saja. Mbah Mijan pun mencoba mengungkap pakaian berwarna merah yang identik dengan sosok ghaib di gedung DPR tersebut.
“Makhluk halus ada di mana saja, termasuk di gedung DPR. Hantu berbaju merah adalah simbol amarah, simbol dendam yang belum tuntas, biasanya memang lebih kuat dan agresif,” lanjutnya.
Meski demikian, Mbah Mijan mengatakan bahwa sosok wanita berbaju merah ini sebenarnya tidak mengganggu para karyawan yang bertugas di gedung DPR. Ia pun mengingatkan para karyawan supaya tidak mengusiknya untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
“Sejauh mata batin saya memandang, sosok ini tidak mengganggu kecuali kalau merasa terusik. Ia bakal benar-benar mengamuk dan menunjukan eksistensinya," jelas dia.
"Dari pengalaman saya, ketika ada penampakan yang bisa terlihat oleh orang biasa, itu karena ada suatu alasan atau pesan yang ingin disampaikan,” tuntasnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)