Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Teka-teki Bangkai Tangkalaluk Terjawab, Ini Penjelasan Aspera

Dimas Andhika Fikri , Jurnalis-Senin, 23 September 2019 |01:20 WIB
Teka-teki Bangkai Tangkalaluk Terjawab, Ini Penjelasan Aspera
Ilustrasi ular python (Foto: inaturalist)
A
A
A

Beberapa waktu lalu, masyarakat Indonesia dihebohkan oleh penampakan bangkai Tangkalaluk yang diduga merupakan ular legendaris asal Kalimantan. Fotonya sempat viral di berbagai media sosial, hingga membuat para netizen penasaran.

Tak sedikit yang bertanya-tanya, apakah bangkai ular yang ditemukan itu benar-benar bangkai Tangkalaluk? Bila menilik cerita atau mitos yang berkembang, sebetulnya belum ada satu pun warga yang pernah melihat Tangkalaluk secara langsung.

Beberapa orang bahkan percaya bahwa Tangkalaluk merupakan ular gaib yang hanya bisa dijumpai oleh orang-orang tertentu. Ia hidup di pedalaman hutan Kalimantan, dan konon bisa menirukan suara binatang-binatang lain untuk mengelabui mangsanya.

 Ular

(Foto: pakatdayak/Instagram)

Tidak hanya itu, ukurannya digadang-gadang menyerupai anaconda yang merupakan ular endemik asal Brasil. Untuk meluruskan pemberitaan yang sebelumnya sempat menghebohkan netizen Indonesia, Okezone melakukan wawancara khusus dengan Guntur Rizqy, salah satu anggota Komunitas Aspera, sebuah komunitas edukasi dan pemerhati reptil.

Menurut pengakuannya, foto bangkai ular yang viral di media sosial itu termasuk jenis malaypython reticulatus atau python reticulatos.

 Ular

"Teman-teman di Aspera udah sempat ngomongin berita Tangkalaluk yang viral ini. Tapi itu sebetulnya ular sanca kembang atau masyarakat umum sering menyebut dengan istilah ular sawah," tuturnya saat dihubungi Okezone via sambungan telefon, Senin (23/9/2019).

Lebih lanjut, Guntur menjelaskan tentang pengambilan angle yang membuat tampilan ular yang disebut bangkai Tangkalaluk itu menjadi terlihat lebih besar.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement